Apa Resiko Seorang Psikolog/ Motivator/Coach Bila Menyalahgunakan Wewenangnya?
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa!! Selamat datang di channel Success Before 30, channel yang konsisten memberikan edukasi serta motivasi untuk dunia bisnis dan kehidupan.
Jadi, topik saya kali ini adalah : “Apa Resiko Seorang Psikolog/ Motivator/Coach Bila Menyalahgunakan Wewenangnya?”.
Sebetulnya saya agak merasa berat untuk membahas berita ini, karena SB30 jarang mau membahas berita gosip. Namun karena ini menyangkut salah satu sahabat saya, sehingga saya harus membahasnya walaupun hanya sedikit. Saya juga merasa kaget ketika pertama kali mendapatkan berita tersebut.
Beberapa hari yang lalu, kami yang merupakan sesama yang bergerak di bidang pengembangan diri entah itu psikolog, motivator, coach ataupun konsultan sangat memperhatikan masalah ini. Dan basically, saya ini‘kan entreperneur di bidang pengembangan diri. Otomatis saya sedikit concern atau memperhatikan masalah ini.
Saya merasa kaget karena baru-baru ini ada psikolog berinisial ‘D’ yang terkena kasus pelecehan seksual terhadap client beliau dan dia dituduh sebagai psikolog gadungan, psikolog yang tidak punya ijazah dan sebagainya.
Sejak video ini saya buat, semua tuduhan tersebut belum terbukti dan masih diusut. Memang ada beberapa bukti capture chat di Instagram dari korbannya yang di’DM sama beliau. Dan hal itu sedikit banyak akan mempengaruhi reputasi beliau, yang mana beliau sudah membangun reputasi itu sejak lama.
Di konten yang saya buat kali ini, saya bukannya mau membela siapa-siapa. Saya bukannya mau membela saudara D ataupun korbannya, karena saya disini melihat bahwa jumlah pasien yang beliau sembuhkan itu juga tidak sedikit. Dan tentunya banyak sekali yang menerima manfaat dari beliau, tetapi tidak sedikit juga yang tidak mengalami apa-apa. Saya kira sama saja seperti kita ke dokter. Dokter itu ada yang laris, tetapi ada juga pasien yang berobat ke dokter tersebut namun tidak sembuh dan akhirnya sembuh karena berobat ke dokter lain. Lantas, bolehkah kita menyudutkan dokter tersebut?
“Wah, dokter itu terkenal doang tapi gak bagus!”
Kita tidak bisa seperti itu, karena kasusnya saja sudah berbeda. Jadi, hari ini saya ingin mengajak netizen untuk berpikir lebih jernih dan positif. Memang yang namanya manusia itu tidak luput dari kesalahan, termasuk seorang psikolog, motivator, coach ataupun konsultan sekalipun.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan,
saya tegaskan itu.
Setiap manusia pasti memiliki titik lemah. Dan sampai konten ini saya buat, tingkat kebenaran berita tersebut belum kita ketahui karena masih di proses pengadilan dan sebagainya. Namun saya tidak tertarik untuk membahas kasus ini. Saya hanya ingin mengajak netizen untuk berpikir lebih positif.
Nothing is perfect, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Jadi, disini saya ingin menghimbau netizen untuk jangan mudah berprasangka buruk, karena saya percaya saudara ‘D’ ini jauh lebih banyak menyembuhkan orang daripada anda semua yang ngomel-ngomel di kolom comment. Saya juga percaya saudara ‘D’ ini memiliki dampak bagi hidup banyak orang, daripada anda yang hanya bisa mencela dan tidak memiliki karya apa-apa.
Terlepas dari dia bersalah atau tidak, saya tidak akan membela beliau. Namun, beliau ini sudah pernah berkarya. Lalu, bagaimana dengan diri anda?
Memang mudah sekali rasanya untuk mengata-ngatai seseorang. Bilang ‘psikolog cabul’ lah, ‘psikolog gadungan’ lah.. Kata-kata negatif tersebut memang mudah kita keluarkan ketika kita ingin menuduh seseorang. Ketika kita melihat sesuatu yang menurut kita salah, kita langsung emosi dan menulis kata-kata yang tidak pantas. Ingat, anda memiliki rekam jejak digital dan hal itu akan masuk di track record akun anda.
Jika anda mudah sekali mencela dan menghujat orang lain, saya ingin tanya. Lalu anda itu sudah berkarya apa?
Kalaupun nantinya beliau dinyatakan bersalah, maka beliau akan menanggung konsekuensi dari perbuatan beliau sendiri karena setiap profesi itu ada resikonya. Terlebih lagi, beliau adalah seorang public figure. Sebagai seorang public figure, apalagi melakukan terapi kepada orang dan kemudian terjadi pelecehan di dalam prakteknya itu merupakan sebauh kasus pelanggaran yang sangat berat. Dan jika hal itu benar terjadi, maka beliau harus siap menanggung konsekuensinya.
Namun sekali lagi, itu adalah masalah beliau, bukan masalah anda. Dan hal ini juga bisa menjadi pelajaran bagi coach, motivator, atau public figure manapun. Sekalipun jangan melakukan kesalahan. Karena semakin tinggi posisi anda, maka mata yang menyorot anda akan jauh lebih banyak. Masalahnya, tidak semua mata yang melihat anda itu baik. ada juga mata dari orang yang sifatnya ingin menjatuhkan karena iri dengan prestasi anda.
Percaya pada saya, suatu hari ketika anda sedang di atas, pasti akan ada seseorang yang selalu mencari-cari kesalahan anda. Coba kita lihat, ada berapa banyak guru SD yang berbuat cabul pada muridnya? Jadi istilahnya, dia itu adalah seseorang yang seharusnya menjadi panutan, tetapi justru bertindak asusila. Bahkan baru-baru ini kita juga dihebohkan dengan berita seorang warga negara Indonesia yang berbuat asusila di Inggris. Saya tidak suka mengikuti berita gosip, namun saya hanya ingin mengatakan bahwa
: nothing is perfect.
Setiap orang yang diberikan kelebihan, pasti juga memiliki kelemahan. Intinya, tidak ada manusia yang sempurna. Sekali lagi, yang menanggung konsekuensinya adalah beliau sendiri. Itu masalah dia sendiri, nama baik beliau sendiri, apa hubungannya dengan anda? Apakah hidup anda sudah lebih baik sehingga anda bisa menghakimi hidup orang lain? Bagaimana mungkin anda dengan mudahnya menghakimi hidup orang lain jika hidup anda sendiri belum baik?
Jadi pesan saya disini adalah stop menghakimi hidup orang lain, terlepas dia itu salah atau tidak.
Jika dia yang salah, biarlah dia sendiri yang menanggung konsekuensinya. Jika dia yang benar, justru anda sendiri yang malu. Sudah menghakimi orang, salah pula. Banyak ‘kan yang seperti itu? Biarlah prosesnya berjalan. Itu urusan polisi dan pengadilan serta kuasa hukumnya, bukan urusan anda.
Dan dari sebuah kasus, kita bisa melihat dari sudut pandang yang positif. Jadi, kita jangan hanya melihat sisi hitamnya saja. Maksudnya adalah kita jangan hanya mencari kesalahan orang lain. Jika kita ingin mencari kebaikan orang lain, percayalah, pasti sebenarnya ada banyak sekali.
Demikian himbauan saya. Semoga kasus beliau segera selesai, dan jika beliau salah, tanggunglah akibatnya. Terimalah hukuman yang setimpal. Dan hal ini bisa menjadi sebuah pelajaran berharga bagi para psikolog ataupun public figure lainnya.
Saya ambil satu contoh kasus Kobe Bryant yang baru saja meninggal. Kobe Bryant juga pernah melakukan pelecehan seksual dan dia mengakuinya. Istrinya justru men’support dirinya untuk bangkit kembali. Kalaupun terbukti, istrinya tetap menerima hasilnya dengan lapang dada. Dan akhirnya, mereka bisa melaluinya.
Setiap orang pasti memiliki sisi kelam di dalam hidupnya. Jangan takut, segeralah bangkit. Dan jika anda pernah berbuat salah, maka akuilah. Jangan lari dari kenyataan, anda harus membayar harganya. Jika anda harus dipenjara, maka anda harus menjalani masa hukumannya. Buktikan kepada masyarakat bahwa anda adalah orang yang ‘berani bayar harga’. Niscaya, setelah melalui ujian ini, anda akan menjadi orang yang jauh lebih hebat dan sukses.
Demikian sahabat entrepreneur sharing saya kali ini. Semoga apa yang saya jelaskan dapat anda pahami, dan sukses selalu untuk anda semua para sahabat SB30. Jangan lupa klik subscribe, dan jangan lupa loncengnya diaktifkan. Salam hebat luar biasa..!!