Yang Bilang Sekolah Tidak Penting, Lulusan S2 Chicago Ini Bisa Meng IPO Kan Perusahaannya Senilai 6T
Klik disini untuk melihat videonya
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!!
C : “Anda pasti sudah penasaran ‘kan? Mengapa justru orang yang sudah mencapai Ferrari, setelah mencapai Lamborghini, mobil Bentley, tetapi ketika sampai di suatu saat, dia merasa hampa? Jadi, bagaimana proses pencarian aspek kesuksesan ini? Apa yang Pak Rachmat rasakan?
R : “Rasanya itu semu. Ketika kita sudah mendapatkan sesuatu, kita akan turun. Terbawa dalam paradigma dimana ‘aku sudah mencapai dan mempunyai Ferrari, lalu so what? I gonna buy another Ferrari? Ternyata ini hanya ego saya. Saya ingin memiliki Ferrari karena saya ingin merasakan bagaimana rasanya ketika mendapatkannya. Setelah tercapai, ya sudah. Kita move on, mimpinya sudah lain lagi.”
C : “Jadi ada lagi another goals ya.. Memang justru banyak anak muda yang terlena. Ketika dia sudah mencapai sesuatu, dia merasa sudah di comfort zone. Akhirny, dia justru mengalami kemunduran. Ini pelajaran penting ya, sahabat entrepreneur. ketika anda sudah mencapai target omzet yang anda inginkan, hal itu justru membuat anda terlena. Lalu, akhirnya apa yang dilakukan Pak Rachmat sehingga bisa keluar dari masa-masa itu? Dan berapa lama anda bertahan memiliki Ferrari tersebut?”
R : “Hanya 9 bulan, lalu saya jual dan dapat profit.”
C : “Businessman harus gitu ya..”
R : “Jadi, waktu itu di bengkel dilihat, masih bagus. Lalu orangnya suka warna kuning, karena waktu itu jarang ada warna kuning. Hanya ada dua saja. Jadi, ketika saya jual itu saya tidak rugi. Ada orang nawar, langsung saya jual. Saya sempat merasa bingung, dijual atau nggak ya.. Tapi balik lagi ke motto pengusaha : Never love your asset. Jadi, jangan mencintai suatu aset berlebihan. Contohnya mangga. Kalau mangga itu sudah matang, anda jangan merasa : “Aduh, sayang kalau dijual..” Kalau sudah matang, wayahe didol, yo didol”.
R : “Jadi seringkali karena love your asset berlebihan, akhirnya langsung di’klaim. ‘Sayang banget, mangga ini dipelihara dari kecil/dari pencit sampai jadi mangga yang manis, mau diamakan rasanya sayang’. Tetapi, dia lupa bahwa ada yang namanya timing. jadi pada masa tertentu, mangga itu juga akan busuk. Maka dari itu ketika waktunya dijual, harus dijual. Kita harus berani menjualnya”.
C : “Jadi misalkan pelajaran ini bisa anda pahami, bahwa memang love your asset secara berlebihan itu akhirnya justru membuat anda rugi.”
R : “Jadi ketika sudah dijual, saya merasa lebih ringan karena tidak ada beban. Tidak perlu service, tidak perlu takut diserempet orang. Jadi sebenarnya dengan saya jual, saya merasa ada sedikit kebebasan. Dan pada waktu itu juga saya ambil sekolah. Setelah selesai kuliah, baru saya mulai berbisnis. Jadi, saya ambil MBA. Saya juga mendapatkan banyak inspirasi bahwa ternyata there are bigger people out there. Jadi apabila kita merasa stuck di diri kita, solusinya adalah nonton channel YouTube’nya Pak Chandra kar ena kita bisa mendapatkan inspirasi. Atau coba sekolah yang lain, sehingga kita bisa mendapatkan suatu ide baru untuk dipalikasikan.
Dengan saya mengambil MBA di Chicago, saya berhasil membawa perusahaan yang asal asetnya cuma 1,5 triliun, dan sekarang sudah menjadi 6,5 triliun.”
C : “Luar biasa.. Seandainya beliau tidak belajar dari kisah Ferrarinya, saya kira dengan evaluasi 1,5 sampai menjadi 6,5 triliun itu bisa buat beli showroom’nya Ferrari ya? Itulah achievment-achievement yang luar biasa ketika anda memutuskan sesuatu yang sebetulnya sangat anda cintai, tetapi hal itu justru membelenggu anda. Namun justru dengan adanya kisah ini, kita justru dapat mencapai sesuatu yang lebih baik. ketika itu tahun berapa?”
R : “Tahun 2009. Saat itu umur saya 29 tahun. Lalu di usia 31 tahun saya lulus. Pada saat itu saya suka ikut organisasi. Dari kecil saya suka ikut organisasi.”
C : “Di Amerika juga begitu ya?”
R : “Saya pernah menjadi ketua sebuah organisasi di Amerika Serikat di wilayah saya. Lalu sekarang saya juga memiliki 6 organisasi. Seperti APINDO dan Global Organization.
Pada waktu itu, saya menjadi president of EO Indonesia. The youngest.”
C : “Entrepreneur Organization ya.. Ini penting. Channel kita ini menghadirkan tokoh-tokoh yang mungkin tidak pernah anda lihat di majalah atau di televisi. Tetapi tokoh-tokoh inspiratif ini bisa kita hadirkan. Dan kita bisa belajr langsung. Learn something from the CEO. Jadi setelah anda mencapai semua itu, berapa lama sampai anda bisa meningktkan dari 1,5 triliun menjadi 6,5 triliun?”
R : “Kira-kira dalam 6 sampai 7 tahun.”
C : “Dari tahun 2012 ya? Dan akhirnya IPO?”
R : “IPO di tahun 2016.”
C : “IPO di tahun 2016 dan evaluasinya langsung naik yaa..”
R : “Asetnya. Jadi ketika tahun 20112012, aset kami 1,5 triliun, dan sekarang menjadi 6,5 triliun. Itu karena kamu terus melakukan perhatian ekspansi dan melakukan perubahan ”
C : “Keren banget.. Seandainya waktu itu Pak Rachmat terlena dengan Ferrarinya, kira-kira ada gak achievement seperti ini?”
R : “Tidak ada. Saya tidak akan sekolah lagi. Saya cuma naik Ferrari dan main-main. Saya gak akan peduli dengan perusahaan. Ya sudah cuma jalan saja karena saya sudah punya Ferrari. Saya sudah achieve my dream. Selama 2 tahun kemudian, mungkin saya beli Ferrari lagi dan tidak sekolah. Tetapi dengan saya menjualnya, saya merasa enteng, kemudian saya ambil sekolah lagi. Dan buktinya sekarang saya bisa mengangkat perusahaan.”
C : “Luar biasa.. Keep learning. Saya suka banget kata-kata beliau. Sama seperti kata-kata Steve Jobs, stay hungry, stay foolish. Mengapa anda terinspirasi dengan kata-kata ini?”
R : “Karena menurut saya, kita sebagai manusia tidak boleh puas dan harus terus merasa lapar. Jadi, lapar itu adalah suatu necessity.
Karena itulah di tahun 2015 sebelum kita IPO, saya mengambil Lemhanas.”
C : “Pokoknya keluar dari zona nyaman ya.. Apa tujuan anda ikut Lemhanas? Mau nyaleg apa gimana?”
R : “Ditanyain juga nih sama teman-teman saya. Ada yang di parlemen, ada yang di bintang tiga, bintang dua, mereka sempat bertanya juga : “Mas, kenapa sih ikut Lemhanas?”. Saya hanya mengatakan 3 hal. Satu, saya sudah lama di luar negeri. Saya ingin tahu Indonesia ini seperti apa.
Jadi, disana itu saya belajar. Bukan mengenai bisnis, tetapi mengenai nasionalisme, bio strategy, lalu Indonesia ini ke depannya seperti apa. Dalam artian kita ini sebagai pebisnis juga melihat dari sisi yang lain, bukan hanya bisnis saja. Kita juga melihat dari sisi politik, ideologi, dari agama dan sosial budaya.
Jadi, disana saya belajar banyak. Luar biasa. jenderal-jenderal disana itu sangat humble. Waktu itu saya yang paling muda. 35 tahun adalah batas usia minimum. Dan saya masuk sebagai yang paling muda. Jadi, bisa dikatakan saya quiet happy karena saya belajar dari yang lebih senior.
Oleh karena itu saya juga mengharapkan kita semua termasuk YouTube channel mau belajar dari atas, tetapi juga mau belajar dari bawah. Karena saya in the same time juga pada tahun 2013 saya start venture capital, namanya Kejora. Saya banyak finding venture capital dan startup. Dari situ, kita belajar bukan hanya dari atas, tapi juga dari bawah. Jadi ketika belajar dari anak muda, ternyata force’nya itu luar biasa. hanya saja mereka kurang satu hal : pengalaman dan daya tahan.”
C : “Substain ability ya.. Mentalnya itu tidak sekuat pak Rachmat. Tadi sudah disebutkan alasan Lemhanas yang pertama. Lalu, apa alasan yang kedua dan ketiga setelah tahu nasionalismenya?”
R : “Yang kedua adalah network.”
C : “Membangun jaringan ya..”
R : “Tetapi yang kita tidak tahu adalah yang ketiga. Pengusaha mana yang sudah masuk Lemhanas? Bisa dihitung dengan jari. Karena begitu kita lulus Lemhanas, secara tidak langsung kita diberi stempel bahwa ‘kamu pengusaha nasionalis’. Bukan hanya pengusaha yang mementingkan profit. Tetapi kamu nation building.”
C : “Ada suatu impact yang harus dibangun untuk bangsa. Itu sesuai dengan channel Success Before 30.
Dimana channel ini memang karya yang dibuat untuk bangsa Indonesia. Luar biasa banget.. Ini pengusaha nasional yang patut diacungi jempol. Dan ini pertanyaan terakhir saya yang menarik. Boleh dijelaskan sedikit tentang venture capital itu bagaimana?”
R : “Jadi, asalnya itu kita berlima. Teman saya itu asalnya dari Jerman, datang kemari dan mengatakan bahwa Indonesia ini perlu startup. Lalu dia datang lagi dengan membawa 4 orang, dan akhirnya kita buat. Modal awalnya berapa juta US. Pusatnya itu di Jakarta, di wisma Barito. Jadi, ada beberapa yang kita invest kesana, salah satunya cekaja.com, sda investree, lalu kita juga ada sicepat.com. dan ada juga salah satu yang kita investasikan, seperti qerja yang juga merupakan salah satu investasi kami.
So far ecara evaluasi, kita sudah hampir 4 kali dari apa yang kita usungkan secara book. Sekarang tinggal kapan kita jual seperti Ferrari tadi.”
C : “Tinggal jual aja ya, inilah pengusaha level lima. Pengusaha level lima itu adalah saatnya anda untuk menjual apa yang sudah tepat. Dan itu luar biasa. pertanyaan terakhir, ini suatu hal yang cukup menarik. Pak Rachmat ini ‘kan generasi kedua dari Samator Group. Suatu perusahaan gas yang cukup fenomenal di Indonesia. Tantangannya di dalam perusahaan keluarga yang juga perusahaan yang sifatnya generasi kedua itu ‘kan pasti agak berat.
Kita gak usah jauh-jauh deh, gak usah membahas perusahaan sebesar Samator. Kalau misalkan kita punya usaha kecil-kecilan saja, papanya mau mewariskan ke anaknya. Ini ‘kan sering terjadi perbedaan culture. Dan akhirnya, anak ini gak mau melanjutkan tokonya. Lalu, apa saja tantangannya sampai pak Rachmat bisa memutuskan untuk melanjutkan tongkat estafet ini? Karena pasti tidak mudah. Ini termasuk hal yang berat. Berapa banyak toko di generasi pertama yang akhirnya tidak bisa dilanjutkan oleh generasi kedua. Boleh diceritakan singkat saja? Meskipun pasti history’nya panjang..”
R : “Sebenarnya yang paling mudah itu kita harus understanding dan perspective.
Saling menghargai antar perspective dan saling memahami komunikasi. Ayah saya sama dengan saya, learner. Begitu tahu saya lulus dari Amerika, dia juga ambil S2 di UGM. Karena dia merasa jika suatu saat saya bilang teori A, lalu ternyata dia selalu membantah bahwa itu cuma teori saja, pasti akan berantem. Dan dia sadar tentang hal itu. Jadi, bukan hanya kita saja sebagai anak muda yang harus memahami, tetapi orang tua juga harus memahami. Dan kita di posisi anak muda juga harus memahami orang tua kita. Kalau kita tidak memahami, pasti akan berantem.
Walaupun seorang ayah bilang ini tidak benar, kita lebih baik diam saja. Seringkali di dalam hati kita membantah, tetapi ternyata setelah setahun dua tahun, apa yang ia katakan itu benar. Saya rasa walaupun tanpa interview, ayah saya juga akan bertanya hal yang sama. Karena ketika saya ngomong sesuatu, ayah saya tidak langsung membantah. Dia diam dulu.
Tetapi diability of understanding each others itu penting. Jadi, harus ada speaking heart to heart.”
C : “Dan hal itu memang tidak mudah. Understanding dan berusaha untuk memahami dari sudut pandang dia, buakn sudut pandang kita. Seringkali kita memaksakan sudut pandang kita untuk dimengerti oleh orang lain. Dan itu tidak akan bisa.
Thank you pak Rachmat atas waktunya untuk haring hal yang bermanfaat dan luar biasa. saya seneng banget karena biasanya CEO seperti ini gak mau muncul di media. Social media juga gak main, biasanya hanya untuk teman-temannya saja. Jadi mungkin anda mendapatkan learning eperti ini susah banget dan hanya ada di channel Success Before 30.”
Sahabat entrepreneur, demikian video saya kali ini. Jangan lupa klik subscribe, dan jangan lupa loncengnya diaktifkan. Salam hebat luar biasa..!!