Pengusaha Sukses ini Justru jual Ferrari di usia 30 Tahun ft. Rachmat Harsono PT Aneka Gas, Tbk

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/ol9OwpGB5oI” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Klik disini untuk melihat videonya

Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Di episode ‘BONGKAR’ kali ini, kita kedatangan tamu yang istimewa! Yaitu seorang CEO hebat yang mana kita bisa belajar banyak dari beliau, yaitu bapak Rachmat Harsono.

Beliau adalah Presiden Direktur dari PT. Aneka Gas Industri, Tbk. Yaitu anak perusahaan dari Samator Group.

Di channel Success Before 30 ini kita selalu menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif untuk bisa menginspirasi para subscriber Success Before 30.

C : “Pak Rachmat, apa kabar?”

R : “Baik bos..”

C : “Baik yaa.., kebetulan ini sahabat lama saya. Pak Rachmat ini boleh dikatakan salah satu tokoh Success Before 30. Dengan melihat judulnya saja anda pasti tahu. Mengapa banyak anak-anak muda millenial yang justru ingin mengejar karirnya setinggi mungkin, bahkan mobil idaman mereka itu Ferrari? Jadi, boleh diceritakan sedikit? Pak Rachmat ‘kan dulu punya Ferrari, lalu mengapa dijual? Waktu itu anda usia berapa dan awalnya bagaimana? Mungkin bisa diceritakan dengan singkat SMP’nya dimana, dan bagaimana sampai bisa mendapatkan Ferrari.”

R : “Jadi singkat saja ya.. Waktu SMP itu saya keep diary, diajari oleh ayah saya. SMA juga keep diary. Jadi what i want to achieve in the next view years. The fuuny things, aku selalu put i want to own Ferrari before age 30.”

C : “Itu cocok dengan subscriber kita..! Jadi sebelum usia 30, saya ingin achieve something yang fenomenal.”

R : “Bukan dengan uang orang tua ya, tetapi uang sendiri.”

C : “Hashtag BUKAN DUIT ORANG TUA itu lagi populer sekarang. Oke lanjut..”

R : “Lalu seiring berjalannya waktu tapi pasti, setelah balik dari sekolah di Amerika saya dulu punya kafe dan klub.”

C : “Dimana itu?”

R : “Di surabaya dan di Jakarta.”

C : “Di jakarta juga ada ya.. Itu bangun pakai uang sendiri atau gimana?”

R : “Ya. Jadik ketika masih di Amerika, saya nabung. Saya juga main saham dan apapun yang saya ketahui. Jadi begitu saya balik ke Indonesia setelah lulus sekolah, tidak mungkin saya tiba-tiba minta ke orang tua saya lagi.”

C : “Betul sekali.. Malu ya..”

R : “Jadi waktu sekolah itu instead menghambur-hamburkan uang, lebih baik investing.

Setelah kamu balik, kamu merasa itu tetap bukan punya kamu, karena kamu belum kerja. Saya merasa ada something yang kurang. Saya ‘kan asalnya Surabaya, dulu ktia pernah main basket bareng ‘kan?”

C : “Betul.. Itu sejarah yang belum kita ungkapkan.”

R : “Dari Surabaya, saya pindah ke Jakarta pada tahun 2003. Disana teman-teman saya sudah mulai keluar. Yah, namanya juga anak muda.. Kita ingin exist. Pertama, saya invest sama teman-teman saya buat kafe. Namanya Red Square.”

C : “Tahun berapa itu?”

R : “Tahun 2004-2005”

C : “Waktu itu kira-kira usia berapa?”

R : “Sekitar 25-25 tahun.”

C : “Seperti anak-anak millenial sekarang ya..”

R : “Ya. Kita buat kafe, karena prinsip dasarnya adalah selain belajar mandiri di luar bisnis orang tua, kita juga mengelola bisnis itu sendiri. Jadi kalau saya dibilang penerus generasi kedua, memang betul. Tetapi saya juga hybrid, dimana saya punya uang sendiri sebagai modal untuk bisnis saya sendiri.”

C : “Itu penting sekali. Kita bisa belajar sesuatu disini. Apabila anda ketik “Samator” di Google, itu adalah salah satu perusahaan swasta gas yang cukup besar di Indonesia. Silahkan anda googling. Dan beliau ini adalah generasi kedua. Tetapi, beliau mempunyai satu prinsip. Bukan hanya memanfaatkan kekayaan orang tua. Tetapi beliau ini mempunyai satu mindset : ‘saya mau berdikari’. Dari ceritanya tadi, ia berpikir : ‘apa sih yang bisa saya lakukan?’. Boleh dilanjutkan..”

R : “Pada waktu pertama kali membangun kafe, saya ini gak punya teman. Dari Surabaya pergi ke Jakarta, disana saya gak punya teman. Jadi, intensnya ada dua. Jadi tujuan saya itu bukan hanya monetary, tetapi sesuatu yang berjiwa sosial. Dalam arti berkenalan dengan orang lain, karena saya orangnya introvert.

Jadi, saya men’channelkan passion saya membangun bisnis kafe, klub dan segala macam. Saya juga punya X2 di Jakarta. Sekarang sudah tutup sih, sudah 10 tahun lebih. Lalu pada usia 29 tahun, saya sudah membantu ayah saya mengakuisisi perusahaan. PT Aneka Gas dulunya milik perusahaan asing. Jadi, asalnya dulu dari pemerintah, milik BUMN. Lalu dibeli asing pada tahun 1997, lalu kita beli balik dari asing ke tanah air di tahun 2003.

Saya membantu membeli perusahaan kembali dari asing saat itu.

Lalu pada tahun 2008-2009, saya merasa bahwa ilmu saya kurang. Saya merasakan ketidakpuasan ketika sudah menaikkan bisnis family. Kemudian saya mengambil sekolah lagi. Saya mengambil MBA di Chicago, University of Chicago, wich is sekarang number 1, Harvard nomor dua, bisa dicek.

Lalu, pada waktu itu saya punya uang. Tetapi saya melihat flashback saya ingin me’reward diri saya yang sudah diterima di Chicago. “Why i don’t buy Ferrari for myself?”.

C : “Ya. Karena itu salah satu mimpi Pak Rachmat waktu kecil”

R : “I have to owned! Kalau gak gitu, saya akan quick rest, lalu saya akan merasa tidak sukses karena sudah saya tulis. Kalau gak tercapai, kita pasti merasa : ‘Aduh, kenapa gak tercapai?’. Ya sudah, akhirnya saya beli. Lalu begitu ingin beli Ferrari, masalahnya selalu pencapaian uang yang tidak cukup. ‘Kalau beli ini, terus ke depannya gimana ya?’. Akhirnya saya mencari cara bagaimana supaya bisa mempunyai Ferrari, tetapi dengna uang yang gak perlu dikeluarkan semuanya. Yaitu dengan Time Sharing.”

C : “Anda para subscriber tahu time sharing gak? Boleh dijelaskan time sharing itu apa?”

R : “Jadi, time sharing itu adalah kepemilikan sebuah aset dimana aset tersebut bisa dimiliki oleh dua orang.

Contohnya anda ingin beli barang mewah. Anggap saja anda punya aset Condo Hotel. Jadi, kamu pakai hari apa? Bolehnya kapan? Jadi kapanpun bisa dipakai. Kamu puya aset, tapi bukan milik kamu sendiri. Melainkan milik bersama. Kalau dijual, dapat profit semua.”

C : “Berarti Ferrari tadi juga seperti itu ya..”

R : “Itulah profit dan resikonya. Jadi, saya membelinya. Feeling untuk mendapatkan Ferrari itu bikin saya 2-3 hari gak bisa tidur.”  

C : “Oh jelas.. Sama seperti kalian, gimana rasanya dapat Ferrari beneran, bukan mainan?”

R : “Begitu Ferrarinya sampai, disayang terus. Duduk disana, dibawa muter-muter, setiap hari dicuci. Pokoknya kemana-mana naik Ferrari.”

C : “Waduh.., rasanya seneng baget ya. Itulah feels’nya kalau sudah mencapai impian. Kalau perlu, tidur pun di dalam Ferrari.”

R : “Lama-lama duduk disana itu rasa steer’nya luar biasa sekali. I still remember the feelings.

Lalu one day selama 1 bulan-2 bulan, that’s side miss gone.”

C : “Rasa kesenangan itu tiba-tiba hilang.Why? Boleh diceritakan?”

R : “Ketika saya sudah duduk disana, saya merasa : ‘sudah punya Ferrari, lalu kurang apa lagi?’. Rasanya begini aja, tidak ada yang istimewa.

Ternyata, kesuksesan itu bukan hanya mindset, bukan hanya uang.”

C : “Sahabat entrepreneur, anda harus paham ini. Itulah sebabnya channel kami Success Before 30, bukan Rich Before 30. Jadi, bukan melulu semata-mata karena uang. Yang saya suka dari Pak Rachmat ini adalah yang kita pelajari bukan hanya masalah achievement uangnya, tetapi kita belajar juga tentang aspek kesuksesan selain uang. Jadi, kita belajar banyak dari Pak Rachmat.”

Demikian video saya kali ini. Jangan lupa klik subscribe, dan jangan lupa loncengnya diaktifkan. Salam hebat luar biasa..!!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url