Episode ”Bongkar” : Kisah Pengusaha Mobil Sultan SUPERCAR MEWAH, Rudy Salim
<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/VGT50VsDiyM” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>
Klik disini untuk melihat videonya
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Senang banget kali ini di sesi bongkar, saya kedatangan seorang tamu yang sangat istimewa. Yaitu bapak Rudy Salim..! Beliau adalah salah seorang pengusaha otomatis yang sangat terkenal di Indonesia.
C : “Apa kabar, pak Rudy?”
R : “Baik..”
C : “Salam kenal ya, Pak Rudy.. Dan kita beruntung banget karena Pak Rudy bersedia di’interview di channel Success Before 30, karena hari ini kita berada di Bali. Tepatnya di “Waroeng artis” milik Ajik Krisna. Dan kebetulan, kita akan mendengar kisah beliau yang mungkin belum pernah diungkapkan di media manapun. Saksikan setelah yang satu ini..!”
C : “Oke, selamat malam Pak Rudy.. Boleh diceritakan sedikit? Pak Rudy ini ‘kan sekarang banyak diliput media. Dan juga ada banyak permintaan dari para subscriber Success Before 30, ‘Pak Chandra, tolong wawancarai Pak Rudy Salim..!’. Dan hari ini judulnya sudah ketemu nih..! Bener banget, saya telah memenuhi permintaan para subscriber.
Boleh diceritakan sedikit? Pak Rudy ini asalnya darimana, dan masa kecilnya bagaimana, kok bisa sukses seperti sekarang?”
R : “Kalau dibilang sukses juga gak sukses amat ya.., masih gini-gini aja..”
C : “Orang sukses itu ngomongnya emang selalu gitu ya..”
R : “Saya dari keluarga dengan latar belakang dokter. Ayah saya dokter, ibu saya dokter, dan kakak saya juga dokter. Otomatis secara mindset keluarga, mereka berpikir kalau menjadi dokter itu baru sukses. Itu bukan mindset yang salah. Mungkin kalau saya berada di posisi mereka, saya juga akan berpikir seperti itu. Jadi kita tidak bisa men’judge bahwa itu salah dan sebagainya. Mungkin pada saat kita berada di posisi itu, kita juga akan berpikir seperti itu.
Lalu, saya kuliah kedokteran di salah satu universitas swasta di Jakarta. Saya kuliah kedokteran, tetapi memang passion saya tidak pernah ada disitu. Akhirnya ya udah, saya mulai malas kuliah karena gak suka.”
C : “Gak ada passion disitu ya?”
R : “Gak ada passion. Lalu akhirnya mama saya bilang, ‘Ya udah, lanjutin kuliah kamu. Ini mama kasih mobil’. Dikasih Mercy. Oke siaap, saya kuliah lagi..!”
C : “Usia berapa waktu itu?”
R : “Waktu itu sekitar usia 18 tahun. Awal-awal kuliah.”
C : “Pasti banyak ya mahasiswa yang mengalami masa-masa galau kayak Pak Rudy ini..”
R : “Jadi setelah itu, saya kuliah lagi. Tapi ternyata emang gak bisa juga. Seperti SKS’nya gak cukup, nilainya jelek juga. Ya udah, akhirnya saya di’drop out. Didikan keluarga saya itu memang dari turun temurun itu keras. Kalau gak ‘nurut’, ya udah. Gak usah ketemu lagi deh..”
C : “Ada yang mengalami hal seperti itu? Rupanya di balik kesuksesan Pak Rudy, dia mengalami hal seperti itu.”
R : “Dan akhirnya saya bingung. ‘Waduh, mau kerja apa nih?’ Ada mobil sih, tapi bingung harus ngapain.”
C : Anda bingung itu di usia berapa?”
R : “Sekitar usia 20 tahun. Jadi, saya udah kuliah selama 2 tahun.”
C : “Berarti kurang lebih ketika semester 4 ya..”
R : “Betul, ketika semester 4.Di’DO itu ‘kan bisa ketika semester 4 dan semester 8. Dulu ‘kan begitu ya.. Kalau sekarang saya gak tahu aturannya.”
C : “Padahal calon dokter ya..”
R : “Untung gak jadi dokter. Overdosis ntar.. Jadi ya udah, saya jual mobilnya karena saya bingung. Mau kerja apa itu bingung. Saya rundingan sana-sini dengan beberapa orang. Karena mama saya dokter, saya kenal pasien-pasiennya. Saya ajak ngobrol, ‘Bagusnya apa nih?’. Saya ngobrol begini dan begitu, akhirnya saya memasuki usaha yang namanya microfinance pada tahun 2009, pada saat itu. Tetapi, saya lihat semuanya berjalan secara konvensional.
Microfinance itu harus punya toko. Misalkan jual TV. Ada orang yang mau beli, barulah dilakukan pembayaran secara bertahap. Tetapi, mereka harus punya toko dan mereka harus punya inventory yang begitu banyak untuk dipajang. Dan juga begitu banyak common product yang dipajang.
Pada saat itu, internet belum terlalu booming.
Sudah lumayan booming sejak 2003. Tetapi pada tahun 2009, social media dan sebagainya belum terlalu booming.”
C : “Waktu itu pada tahun 2003 sepertinya masih zamannya Nokia.”
R : “Ya. Tahun 2003, 2004, 2005 sampai 2006 internet mulai booming. Dan di tahun 2009 menurut saya internet mulai menuju masa keemasannya internet.”
C : “Microfinance itu tadi bisa diterjemahkan? Mungkin netizen agak bingung juga.”
R : “Ya. Microfinance itu adalah pembiayaan mikro. Yaitu pembiayaan untuk barang platform dengan nilai tertentu. Di perusahaan saya, platform’nya itu 5 juta Rupiah.”
C : “5 juta Rupiah. Mungkin sekarang vintage ya?”
R : “Sekarang namanya vintage. Dulu belum ada. Jadi memang ada banyak sekali istilah-istilah internet yang baru muncul belakangan ini. Seperti influencer dan snapgram.”
C : “Istilah tersebut baru muncul belakangan ini ya..”
R : “Ya. 5 tahun yang lalu mana ngerti..”
C : “Jelas gak ngerti..”
R : “Jadi, ini memang suatu spesifikasi baru.”
C : “Namanya vintage. Kalau dulu itu microfinance ya..”
R : “Dari situ, saya bikin usaha itu dengan road to market online. Karena saya lihat belum ada microfinance yang menggunakan road to market online. Semuanya konvensional. Ada toko, ada barang datang. Sehingga audience’nya sangat sedikit. Berapa banyak orang yang mau lewat situ? Saya rasa itu-itu aja sih. Namun, internet adalah suatu pola market yang sangat bagus menurut saya pada saat itu. Karena bisa menembus ruang dan waktu.”
C : “Borderless.”
R : “Betul. Artinya kita tidak perlu bertemu customer. Kita bisa contact saja. Waktu yang tadinya untuk bertemu orang dari Bali dan Jakarta, perlu terbang sampai setengah jam dan sebagainya sekarang ini dalam hitungan detik sudah bisa komunikasi. Jadi, ini benar-benar suatu pola marketing yang sangat bagus. Saya coba disitu.”
C : “Di tahun 2009 ya?”
R : “Ya, 2009 di salah satu forum online. Boleh disebut gak, forum online’nya? Namanya KASKUS.”
C : “Waktu itu lagi nge’trend ya..”
R : “Saya ‘kan berteman baik dengan Andrew Darwis. Jadi saya buka di KASKUS dan waktu itu booming. Jadi duit saya dari jualan mobil itu saya gunakan untuk modal usaha microfinance tersebut.”
C : “Jadi, rupanya waktu itu sudah punya entrepreneur mindset ya?”
R : “Mungkin karena krisis ya.. Karena saya ‘kan kepepet. Jadi memang keputusan yang diambil ketika kita krisis dan ketika berada di comfort zone itu berbeda. Ketika berada di comfort zone, tentunya kita santai-santai aja. Namun ketika krisis, otak kita berpikir lebih cerdik, kita lebih cari jalan. Maka di saat sekarang ini walaupun keadaan perusahaan-perusahaan saya baik-baik saja, namun saya selalu menciptakan “momentum krisis” dimana ada goal setting-goal setting tertentu.”
C : “Jadi apabila kita dalam kondisi tertekan atau kepepet, kondisi itu justru membuat kita melahirkan ide-ide yang brilian. Luar biasa.. Jadi bagi anda yang hari ini merasa stress dan bingung ketika dalam kondisi kepepet, justru sebenarnya banyak orang besar yang lahir dari kondisi seperti itu.”
R : “Biasanya begitu.. Jadi dari situ, saya buka usaha ini di KASKUS. Dan ternyata dalam waktu 2 minggu saja, uang hasil jual mobil itu habis. Karena misalkan ada orang beli handphone, handphone’nya harus saya lunasi dulu, barulah customer saya yang mau membeli itu harus melakukan pembayaran selama 3 bulan, 5 bulan, 7 bulan dan 10 bulan. Jadi, saya harus mempunyai dana yang cukup untuk melakukan pembelian kepada supplier saya. Akhirnya, dari situlah saya mulai berinvestasi dan sebagainya sekitar tahun 2009.”
C : “Sekitar 10 tahun yang lalu ya kurang lebihnya..? Gak kerasa ya..”
R : “Jadi kayak 10 Years Challenge. 10 tahun yang lalu.”
C : “Kalau ada fotonya, bisa ditampilkan disini. ‘Kan lagi booming nih 10 Years Challenge..!”
R : “Lalu, akhirnya saya sudah mulai bekerja. Tentunya gak berjalan smooth juga. Banyak kena tipu, lalu susahnya meyakinkan investor. Saya butuh investor karena uangnya kurang. Saya butuh investor, tapi investor tentunya juga mikir-mikir dulu. Pada saat itu, saya masih sekitar usia 20-21 tahun.”
C : “Gak gampang ya.., betul betul..”
R : “Akhirnya ya sudah, berjalan. Dan dalam waktu 6 bulan, akhirnya usaha saya berjalan dengan memiliki 600 customer. Jalan terus, dan jalan terus. Saya sebenarnya baru buka showroom itu. Tetapi, pada saat itu saya sering diliput media. Jadi sebenarnya daridulu saya sering diliput media.”
C : “Sejak 10 tahun yang lalu?”
R : “Ya, sejak 10 tahun yang lalu?”
C : “Memang dia ini sudah akrab dengan media ya sejak 10 tahun yang lalu. Karena mungkin terkenal dari KASKUS ya?”
R : “Lalu pada desember 2012, hobi saya ‘kan memang di mobil. Jadi sebenarnya mama saya janjikan mobil supaya saya kuliah itu karena saya hobinya tentang mobil.”
C : “Jadi reward’nya mobil karena suka mobil ya.. Supaya mau kuliah.”
R : “Ya. Jadi karena saya hobinya tentang mobil, saya lihat situasi. Mengapa kebanyakan harga mobil di Indonesia 2-3 kali lipat dari negara lain? Lalu, saya cari mobil paling murah yang saya inginkan. Dan akhirnya saya pelajari. Oh, ternyata ada banyak sekali dokumen yang harus dilengkapi. Kita harus bayar yang namanya PIB, PPN, PPh, PPnBM. Dan setelah mobil itu sampai, kita harus bayar BBNKB dan sebagainya. Saya pelajari itu semua. Akhirnya, saya coba import 3 mobil.”
C : “Itu artinya seorang entrepreneur selalu bisa membaca peluang. Dimana saat banyak orang membutuhkan, Pak Rudy ini sangat jeli melihat peluang itu. Padahal jujur, itu mobil mewah ya? Kita tahu sendiri, khusus buat yang ngerti mobil mewah. Bahwa harga mobil mewah di Indonesia itu harganya bisa 3 kali lipat harga aslinya. Kalau sekarang anda browsing harga mobil yang sama dengan di Indonesia, di luar negeri itu harganya bisa 3 kali lipat lebih murah. Dan inilah peluang yang diambil oleh Pak Rudy.”