Review Buku Disruption ( Gangguan Besar - Besaran )
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Di edisi kali ini saya akan kembali me’review buku. Buku ini kemarin baru saja kita beli di toko buku Gramedia. Ditulis oleh sahabat kita, bapak Rhenald Kasali. Beliau cukup senior dan merupakan seorang pakar ekonomi yang sangat terkenal/kondang di Indonesia. Kali ini, beliau membuat sebuah judul buku “Disruption”. Jadi, apa yang nanti bisa kita review? Di topik kali ini, video saya akan bercerita tentang ‘Gangguan Besar-Besaran’.
Jadi, mengapa anda harus membaca buku ini sekarang?
Karena kita tidak bisa memungkiri bahwa sekarang kita ini sudah hidup di tahun 2018. Bagi anda yang menonton video ini, 10 tahun dari sekarang, 2028, barulah anda ketahui bahwa video ini dibuat pada tahun 2018. Yang mana era distrupsi itu sudah terjadi. Saya akan sedikit membaca tentang kata pengantarnya.
Jadi “Ketika mobil bertenaga bensin menggantikan kereta kuda pada awal abad 20, dunia perlahan-lahan menyaksikan semakin pudarnya bengkel kereta kayu dan peternakan kuda. Hal itu sudah terjadi sekitar more tha 100 years ago. Kereta kuda beralih menjadi kereta besi. Bermesin peminum bensin. Itu lucu. Dulunya kuda, menjadi kereta besi, istilahnya mobil.
Pada saat bersamaan, bengkel otomotif, perusahaan jasa asuransi dan pompa bensin lahir dalam kehidupan manusia. Demikian pula dengan sifat pekerjaan. Dari yang sebelumnya sangat dekat dengan alam dan tanpa mesin, tanpa polusi, tanpa kursus, berubah menjadi sangat mekanis. Polluted, sangat berpolusi, berbasis keterampilan kursus di seluruh dunia. Manusia menyaksikan suatu peralihan masyarakat peternakan menjadi masyarakat industri dan jasa.
Itulah awal terjadinya era industri.
Kemudian suatu ketika saat peralihan terjadi, kita akan selalu menemukan sekelompok orang yang tidak siap dalam menerima perubahan. Pengangguran menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Namun, peralihan itu juga membuat manusia mulai berpikir tentang pentingnya sekolah dan keterampilan. Kini dunia tengah menyaksikan perpindahan dari mobil bertenaga bensin ke self driving car yang dikendalikan teknologi informasi internet melalui smartphone.
Jadi artinya, di dunia Barat saat ini sudah banyak mobil tanpa supir. Petugas bengkel, kelak bukan lagi seorang montir yang dikenal di abad 20. Melainkan para ahli IT yang bekerja dengan software. Suka tidak suka, internet of things sudah membentuk kita mulai hari ini. Dunia juga tengah menyaksikan teknik baru dalam pengobatan yang kelak akan mengubah wajah Rumah Sakit, perusahaan asuransi, dan profesi tertentu.
Munculnya telemedika dan wearable mengubah cara, dan tentu saja model bisnis layanan kesehatan. Klinik-klinik spesialis yang hadir sedekat mungkin dengan pasien melahirkan jasa-jasa kesehatan baru yang berkualitas dengan harga yang semakin murah. Berkualitas tetapi harganya lebih dan semakin murah. Bagaimana bisa?
Itulah yang namanya DISRUPTION. Judul dari buku ini.
Anda bisa menemukan kasus-kasusnya dalam buku ini. Di antaranya klinik cuci darah yang melayani segmen low-end di Jakarta Selatan, dan 400 titik lainnya melalui e-medical center. Jangan kaget bila suatu hari nanti pemimpin dan pemilik klinik seperti itu bukan lagi dokter, melainkan para ahli IT. Menarik sekali, bukan?
Dunia tengah menyaksikan runtuhnya perusahaan-perusahaan besar para pemilik brand, yang tadinya 10 hingga 30 tahun yang lalu begitu mempesona dan berkibar tumbang disana-sini, seperti yang dialami Kodak dan Nokia. Anak generasi zaman now masih mengerti Kodak atau gak ya? Kayaknya gak tahu, deh. Itu ada ketika saya masih kecil. Keadaan yang lebih parah terjadi pada perusahaan dan institusi yang tak pernah ‘menjembatani’ lintas generasi. Reaching generation seharusnya menjadi salah satu program penting demi perubahan pada abad ini yang harus dilakukan berkali-kali.
Itulah sedikit kata pengantarnya. Sisanya bisa anda baca di buku ini. Dan janganlah malas membaca buku. Anda harus lebih rajin membaca buku. Karena buku adalah jendela dunia. Kita juga bisa mulai belajar banyak tentang hal-hal seperti ini.
Jadi begini, sahabat entrepreneur. Hari ini saya mau sedikit bercerita tentang disruption. Disruption ini dalam bahasa Indonesia artinya adalah ‘gangguan besar-besaran’. Kita tidak bisa memungkiri bahwa di kota anda, coba anda cek. Pasti ada sebuah toko atau sebuah usaha yang umurnya sudah lebih dari 20-30 tahun. Pelanggannya banyak, kemudian toko itu sudah bertahan lebih dari 30 tahun.
Tetapi, anda jangan kaget kalau misalkan toko tersebut tiba-tiba tutup. Saya membuat video ini bukan untuk menakut-nakuti pelaku usaha yang sudah ‘hidup’ dari 20-30 tahun yang lalu. Tidak.
Saya bukannya menakut-nakuti. Tetapi, ini adalah sebuah fakta.
Jadi banyak orang yang skeptis, menganggap bahwa, “Wah, Pak Chandra ini menakut-nakuti!”. Jika anda berbicara bahwa saya menakut-nakuti, itu artinya anda tidak siap untuk BERUBAH. Anda tidak siap untuk BERBENAH. Singkat kata, anda tidak siap untuk BERADAPTASI, seperti yang sudah saya bahas di video-video saya sebelumnya.
Bapak ibu, di zaman sekarang kita tidak bisa memungkiri bahwa jika kita melihat disrupsi yang terjadi di Indonesia, mungkin disrupsi besar-besaran yang diliput media massa itu contohnya ada 2 kasus. Yang pertama, kita bisa melihat setengah tahun atau 9 bulan yang lalu, anda pernah melihat betapa marahnya taksi blue bird. Anda bisa melihat gambar-gambarnya disini. Yang mana mereka mengadakan demo besar-besaran menuntut pemerintah untuk menutup taksi online. Mereka melakukan demo besar-besaran, mereka merasa pekerjaan mereka terganggu/terdisrupsi, dan akhirnya mereka melakukan demo besar-besaran.
Jadi setiap ada orang menggunakan taksi online, menggunakan jaket brand perusahaan itu, langsung dibabat habis oleh mereka. Sangat mengerikan sekali.
Karena mereka merasa ‘lahan pencaharian’ mereka diganggu.
Padahal anda suka atau tidak suka, sekarang taksi tidak perlu lagi plat kuning, dan tidak perlu izin lagi. Mereka bisa menggunakan mobil pribadi. Mereka bahkan saat ini bisa menggunakan mobil pribadi dan anda tidak bisa menebak apakah itu taxi atau bukan.
Bahkan sekarang gara-gara taxi grab, kemudian juga karena gojek, anda bisa mendapatkan teman baru. Bisa ngobrol bareng. Bahkan saya beberapa kali naik grab, lucunya sopirnya itu berprofesi dokter. Saya bertanya pada pak dokter, “Pak dokter ngapain kok nge’grab?”. Dia bilang, “praktek saya ini jam 5 sore. Saya dari pagi sampai jam 5 sore saya nganggur. lebih baik saya pakai nge-grab. Wow, seorang dokter bisa menjadi supir taksi. Apakah di zaman dahulu hal itu mungkin? Rasanya tidak mungkin. Supir taksi yang supir taksi. Doctor is doctor. Tetapi zaman sekarang, dokter pun bisa jadi supir grab. This is an amazing something. Ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi terjadi. It happens. Itulah yang namanya ‘disruption’. Itulah contoh kasus pertama di Indonesia.
Contoh kasus kedua adalah kita melihat betapa banyaknya agen-agen biro perjalanan yang dulunya menjual tiket fisik, dan sekarang tiba-tiba tutup besar-besaran. Anda bisa lihat hal itu terjadi di kota-kota anda. Tutup besar-besaran gara-gara sebuah situs bernama ‘traveloka’. This is not a paid endorsement. Saya tidak endorse traveloka. Tetapi saya disini hanya memberikan sebuah contoh kasus. Itulah yang namanya ‘disruption’.
Siapapun bisa membeli tiket real on time. Cek harganya seketika tanpa harus membeli di biro perjalanan. Anda mau membeli tiket pesawat, oke. Anda mau membeli tiket kereta, oke. Mau membeli Anda mau membeli voucher hotel, oke. Apapun bisa anda beli dengan satu aplikasi. Anda bisa melihat, itulah yang namanya ‘disruption’.
Kalau di zaman sekarang ini anda masih merasa nyaman dengan usaha anda, hati-hati.
Kita sudah bisa melihat fenomena ini di Indonesia. Namun anda belum pernah melihat fenomena yang terjadi di negara China. Di negara China, hampir setiap sektor usaha itu kena disrupsi. Jadi dari industri perbankan, terpukul dengan aplikasi Alipay. Anda lihat. Di Indonesia masih belum terasa. Tetapi, cepat atau lambat akan terjadi. Saya bukan menakut-nakuti.
Kemudian, disrupsi juga ada di sektor industri finansial. Kemudian juga disrupsi di sektor pariwisata. Disrupsi juga ada di sektor pertambangan. Disrupsi juga ada di sektor industri perikanan. Banyak sekali. Di China, hampir semua sektor mengalami disrupsi. Di Indonesia, soon or later, cepat atau lambat, hal seperti itu akan terjadi.
Jadi jika bisnis anda sekarang sudah bertahan selama 30 tahun, saya acungi jempol jika masih bisa bertahan di zaman sekarang. Tetapi anda jangan senang-senang dahulu. Karena saya ingin berpesan kepada anda, kalau di zaman sekarang bisnis anda tidak ditemukan di Google, di zaman sekarang bisnis anda tidak ditemukan di Facebook, bisnis anda tidak ditemukan di Instagram, bisnis anda juga tidak ditemukan di YouTube, atau bisnis anda tidak ditemukan di social media, saya bukan mendoakan. Tetapi cepat atau lambat, bisnis anda akan mengalami disrupsi.
Bisnis anda akan mengalami gangguan.
Bahkan anda sudah berkata, “Oh, tenang pak! Bisnis saya sekarang sudah ada social media’nya. Sudah ada Facebook’nya. Sudah ada Instagram’nya, sudah ada YouTube’nya, sudah ditemukan di Google alamat kantor saya dan sebagainya”. Hei, membuat saja tidak cukup. Pertanyaan saya satu : Yang mengunjungi Instagram kamu berapa orang? Yang mengunjungi website kamu berapa orang? Yang mencari usaha sejenis kamu di Google di kota kamu berapa orang? Apakah link kamu yang paling atas? Belum tentu. Jadi artinya, tidak cukup dengan anda punya social media. tetapi anda harus bisa beradaptasi dengan teknologi zaman sekarang.
Bagaimana jika misalkan orang mencari produk tertentu di kota anda, atau jasa tertentu di kota anda, lalu muncullah situs anda nomor satu. Milik anda nomor satu. Dari situlah baru usaha anda akan tetap survive dari era disrupsi. Kalau tidak, anda tidak akan tahu ada sebuah perusahaan apa yang tidak jelas dari mana, tiba-tiba dia mengalami suatu silent movement. Ia melakukan suatu gerakan yang diam-diam, dan tiba-tiba pelanggan anda habis. Pelanggan anda tidak order pada anda lagi. Dan tiba-tiba, toko anda sepi tanpa tahu sebabnya itu apa.
Jadi sahabat entrepreneur, di topik kali ini saya ingin menghimbau anda semua. Oleh sebab itu jika bisnis anda mau bertahan di zaman sekarang, maka anda bisa menggandeng para YouTuber, anda bisa menggandeng para influencer, dan anda bisa menggandeng orang-orang yang berpengaruh. Karena merekalah yang akan me-review produk anda. Mereka akan me-review usaha anda. Jika mereka me-review usaha dan produk anda, niscaya usaha anda harusnya ‘aman’ dari era disrupsi ini.
Jadi, itulah yang ingin saya sampaikan kepada anda.
Buku ini bisa menjadi acuan, bisa menjadi wawasan. Minimal, buku ini bisa menjadi sebuah pandangan baru bagi anda yang punya konsep lama. Anda bisa saja mengatakan, “Saya bisa sukses kok tanpa social media. Bisnis saya bisa bertahan selama 30 tahun, kok. Buktinya anak cucu saya sekarang bisa sekolah ke luar negeri semua”.
Kemarin ada pengusaha yang berusia 60 tahun yang saya wawancara berkata seperti itu. Saya katakan tidak salah, karena anda hidup di era yang tidak ada internet. Hidup di era yang tidak ada Facebook, tidak ada social media. Dan memang anda mungkin satu-satunya pengusaha produk tertentu. Tetapi di zaman sekarang, semua itu tidak cukup. Anda harus mempunyai suatu strategi tertentu untuk bisa bertahan di era disrupsi ini.
Jadi demikian review buku kali ini tentag ‘disruption’. Buku ini bukan untuk menakut-nakuti anda. Tetapi buku ini memang layak untuk dipertimbangkan di zaman sekarang jika bisnis anda ingin survive, karir anda ingin survive, usaha anda ingin survive, apapun itu. Jadi jika tidak, anda akan mengalami ‘gangguan besar-besaran’.
Demikian sahabat entrepreneur, selamat membaca. Carilah di toko buku terdekat di kota anda karena buku ini bisa menambah wawasan anda. Dan sekali lagi saya katakan, saya tidak menjual buku ini. Saya hanya me’review. Jadi jangan bertanya di kolom comment, “Pak, saya mau beli buku ini. Ada gak di admin Pak Chandra?”. No, no, no.. Saya tidak menjualnya. Saya hanya membantu me’review.
Sukses untuk anda, salam hebat luar biasa..!!