3 Kemiripan Orang Kaya & Orang Miskin
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Apakah anda orang kaya? Apakah anda orang sukses? Ataukah anda orang miskin? Ataukah orang gagal? Ternyata, mereka semua punya kemiripan. Jadi jangan merasa bahwa orang miskin dengan orang kaya itu perbedaannya jauh. Tidak. Ada miripnya. Jadi di topik kali ini, saya membahas : “3 Kemiripan Antara Orang Kaya & Orang Miskin”.
“Loh, kok bisa mirip, Pak Chandra? Mana mungkin.. Pasti beda jauh dong pak! Orang kaya dan orang miskin ya beda jauh dong pak. Rumahnya beda, mobilnya beda. Di banyak video Pak Chandra kan sudah bilang, ‘mindsetnya beda, blablabla..’”. Siapa bilang? Ternyata betul, memang beda. Tetapi ada kemiripannya. Dan rupanya, banyak orang yang tidak tahu. Di topik kali ini saya akan membahas apa saja kemiripannya.
1. Sama-sama tidak suka susah
Nomor satu, sama-sama tidak suka susah. Orang miskin juga tidak suka susah. Siapa bilang orang miskin menyukainya? “Saya suka dengan kemiskinan.” Tidak ada. “Saya menikmati kesusahan saya”. Tidak ada. Termasuk orang kaya juga apalagi. Mereka tidak suka susah. Karena itulah mereka kaya. Mereka sukses. Jadi orang-orang miskin dan orang-orang kaya itu sama-sama tidak suka susah.
“Lalu bedanya dimana, pak?”. Bedanya adalah ketika di masa susah, orang kaya/orang sukses tetap bertahan. Dan mereka melanjutkan, bangkit. Sedangkan orang miskin, mereka berhenti. Dan akhirnya mereka mencari pekerjaan lain. Pekerjaan ini tidak berhasil? Cari pekerjaan lain. Pekerjaan ini tidak sukses? Cari pekerjaan lain. Bayangkan. Saya juga pernah bertemu seseorang. Dalam 2 tahun, dia sudah berganti 7 jenis pekerjaan. Lalu, bagaimana anda bisa sukses? Tonton video saya : “Hukum 10 Ribu Jam”. Seseorang akan dikatakan pakar/expert jika ia bisa fokus pada satu bidang selama 10 ribu jam.
Sedangkan anda baru kerja 10 jam sudah pindah. Baru kerja 20 jam sudah pindah. Masih kurang 9.880 jam yang belum anda selesaikan, tetapi anda sudah berpindah. Mikiir.. Jadi sama-sama tidak suka susah. Tetapi perbedaannya ada ketika mereka mengalami kesusahan. Respon mereka berbeda.
2. Sama-sama suka punya uang banyak
Yang kedua, sama-sama suka punya uang banyak. Coba anda bertanya pada orang miskin, “Mau gak punya uang banyak?”. Jawabannya apa? “Oh, jelas..”. Buktinya apa? Kalau dikasih uang dia senang. Dipinjamin uang senang, tapi tidak mau mengembalikan. Itulah orang miskin. Pinjamnya gampang, kalau mengembalikan? Jangan harap. Coba ketika pinjam uang, wah.., rayuannya maut. ‘Rayuan Pulau Kelapa’ dia hafal lagunya. Waktunya balikin uang? Ngacir. Ditelepon malah direject, nomornya diblok, dan sebagainya. Yang pernah ngalamin pasti tertawa. Bedanya disini.
Sedangkan kalau orang miskin, ketika dia ditanya, “Mau punya uang banyak gak?” “Mau”. Bedanya, dia hanya ‘INGIN’. Sedangkan orang sukses itu ‘MAU’. Dan ‘MAU’ itu mengandung kata ‘KOMITMEN’. Jadi perbedaannya hanya di kata ‘INGIN’ dan ‘MAU’. Dia ‘ingin’ kaya. Hanya ‘ingin’. Lihat orang kaya, pengen. Lihat Instagram orang lain, pengen. Pengen doang. Tetapi untuk melakukan pekerjaan supaya dia bisa kaya, masih mikir.
Orang bisa kaya raya bukan suatu kebetulan.
Sahabat entrepreneur, saya dulu mulai bekerja, mulai belajar cari uang itu pada usia 12 tahun. Saya mulai membantu toko paman saya. Di usia 17 tahun, saya mencari uang sendiri, menjadi guru. Saya punya figur sukses waktu itu. Saya baca buku-bukunya. Dan saya ingin seperti mereka. Minimal, saya beli bukunya. Bukunya mahal, seharga ratusan ribu. Tetapi saya beli. Jadi hasil gaji saya itu untuk membeli buku.
Tidak sayang? Tidak. Tetapi mungkin kalau orang miskin uangnya digunakan untuk apa? Saya tidak tahu. Mungkin membeli gadget, untuk hura-hura, untuk having fun dengan teman-temannya, atau nongkrong gak jelas. Kalau saya tidak. Saya langsung invest ke buku. Karena itulah saya mempunyai banyak koleksi buku. Saya punya ribuan koleksi buku. Karena apa? Untuk investasi leher ke atas. Itu yang dilakukan oleh orang sukses. Kalau investasi leher ke bawah, anda makan banyak, perutnya buncit. Kalau investasi leher ke atas, kepala anda tidak akan jadi besar. Jika kepala anda besar, itu namanya penyakit hydrocephalus. Yaitu di kepalanya banyak air. Tidak akan seperti itu. Invest’lah banyak buku, maka pemikiran anda akan lebih tajam. Mindset’nya akan lebih tajam. Seperti itu. Jadi, sama-sama suka punya uang banyak.
Tetapi, bagaimana cara mempunyai uang banyak?
‘Bayar harganya’. Anda saja disuruh baca buku masih mikir-mikir. Jadi, anda harus tahu bahwa disitulah perbedaannya. ‘INGIN’ dan ‘MAU’ itu berbeda. “Saya INGIN sukses” dengan “saya MAU sukses” itu berbeda. Penekanannya saja sudah beda. “Saya INGIN kaya” dengan “saya MAU kaya” itu berbeda. Kata ‘INGIN’ dan ‘MAU’ itu sudah membedakan. Awalnya sama, ingin punya uang banyak. Tetapi dibedakan dengan kata ‘INGIN’ dan ‘MAU’, perbedaannya sudah semakin jauh. Itulah yang akhirnya membuat 5-10 tahun kemudian membedakan anda bisa menjadi orang sukses atau orang gagal. Orang kaya atau orang miskin. Jelas ya..
3. Sama-sama suka berlibur
Yang ketiga, sama-sama suka berlibur. Anda tanya pada orang-orang miskin, tanya pada orang-orang gagal : “Pengen gak sih santai-santai, berlibur?”. “Ya pengen dong.. Siapa yang gak suka berlibur?”. Apalagi bisa berlibur ke luar negeri. Mau dong.. Tetapi orang miskin berkata, “Boro-boro berlibur pak, untuk cari makan saja susah. Hutang saja dikejar-kejar. Kapan mau berlibur? Pekerjaan saya dari pagi sampai malam. Kapan ada waktu berlibur?”.
Sedangkan orang kaya juga suka berlibur. Tetapi banyak orang kaya yang tidak bisa berlibur. Karena apa? Duitnya banyak. Tetapi jika harus spend money untuk berlibur, dia merasa tidak rela. Jadi sama-sama suka berlibur. Perbedaanya dimana? Perbedaannya disini :
Ketika orang sukses dan orang kaya ditanya, “Do you have any time for relax? Apakah anda punya waktu untuk bersantai-santai sejenak? Mungkin istilah kerennya sekarang ‘me time’. Waktu untuk diri sendiri. Mungkin anda berlibur tidak harus ke luar negeri. Tetapi anda bisa sendiri di rumah, membaca buku, menikmati waktu yang santai. Itu termasuk ‘me time’. Jadi anda tidak dikejar-kejar deadline, tidak dikejar-kejar bos, tidak dikejar-kejar target, tetapi anda punya waktu untuk santai sejenak. Itu semua sama-sama diinginkan orang sukses dan orang gagal. Suka punya waktu ‘me time’. Suka punya waktu berlibur.
Jadi pada prinsipnya, bedanya dimana?
Bedanya adalah ketika anda ditawarkan, “Mau gak suatu hari berlibur? Gak usah mikirin omzet, gak usah mikirin target, gak usah mikirin klien, gak usah mikirin ini itu?”. “Saya pengen sih..”. Tetapi ada satu hal : Siapkah anda membayar harga? Ketika disuruh membayar harga, tidak mau. Orang miskin dan orang gagal tidak mau. “Seminarnya mahal. Bukunya mahal. Lebih baik buat pesta-pesta”. Tetapi orang sukses, seminar mahalpun akan dia bayar.
Sahabat entrepreneur, saya mengikuti seminar orang sukses bukan hanya di dalam negeri. Luar negeri pun juga. Ketika saya berusia 20 tahun, saya ini penggila seminar. Saya mengejar seminar sampai ke luar negeri. Seminar apapun sudah saya ikuti. Coba anda bayangkan. Mengapa? Karena saya ingin sukses. Anda kira saya ke luar negeri, bayar harga untuk seminar itu murah? Tidak murah. Jika semua biayanya saya uangkan, bisa saja untuk beli sawah. Tetapi saya bisa loh buat beli mobil. Bisa. Tetapi saya rela membayar puluhan juta untuk seminar saja. Hanya demi satu hal : Invest to my brain. Build my mindset. Membangun cara berpikir saya. Itulah yang menyebabkan saya berbeda. Karena saya tahu jika saya bayar sekarang, maka saya bisa bermain kemudian.
Dalam bahasa Inggrisnya,
Play now, pay later. Or pay now, play later?
Artinya apa? Bermain-main sekarang, lalu membayar kemudian. Atau membayar sekarang, bermain-main kemudian. Saya tahu bahwa saya masih muda. Saya punya sedikit uang. Namun saya pay now, saya bayar sekarang. Dan akhirnya, i play later. Di saat saya berusia 25 tahun, saya bebas. Anda bisa menonton video saya, baca profil saya, saya suka travelling. Saya setiap 3-4 bulan sekali pasti travelling. Kalau dulunya saya suka travelling sendiri, sekarang saya travelling bersama murid-murid saya di komunitas YES. Saya sekali keliling luar negeri bisa mencapai ratusan orang, bersama murid-murid saya. Having fun, play later. Bermain-main kemudian.
Banyak anak-anak muda yang zaman sekarang itu play now, but you must pay it one day. Anda harus membayar suatu hari nanti. Saya tidak mau. Di usia 25 tahun saya sudah bebas finansial. Saya bisa bebas kemanapun. Saya pernah tinggal di Amerika selama 2 bulan. Kebetulan saya juga punya rumah di Amerika, disana bersama kakak saya. Selama 2 bulan saya gak mikirin penghasilan, gak mikirin bisnis, gak mikirin karyawan. Saya tidak mikirin apapun selama 2 bulan disana. Enjoy.
Hidup layaknya orang Amerika.
Karena itu, silahkan anda tonton video saya : “Apa yang Bisa Kita Pelajari di Negara Amerika”. Di video itu saya menyetir mobil BMW di Amerika. Saya bisa belajar sesuatu. Saya juga men’challenge diri saya. Terkadang saya merasa ingin tinggal di pedalaman selama 3 bulan. Saya bebas, saya mau melakukan apapun bisa. Lalu orang-orang yang sirik, orang-orang yang berkata : “Pak Chandra enak banget ya, sudah kaya raya”. Hei, saya beritahu. Saya sama dengan anda. Saya ingin menikmati hidup seperti itu. Tetapi pada usia 20 tahun, saya bayar harganya. Saya baca bukunya. Saya ikut seminarnya. Dan saya melakukan hal yang tidak biasanya dilakukan orang lain. Dan itu yang membuat saya sebagai generasi muda yang berbeda. Saya ditertawakan oleh teman-teman saya. Teman-teman saya hanya memikirkan sekolah yang pinter, kemudian setelah tamat, nantinya mencari pekerjan.
Banyak teman-teman saya yang hari ini cuma menjadi karyawan.
Mereka tidak punya kebebasan waktu seperti saya. Kalau mereka disuruh tinggal 2 bulan disana, bisa dipecat bosnya. Dan mereka juga pasti memikirkan penghasilan finansial. Butuh biaya berapa hidup di Amerika selama 2 bulan?
Sahabat entrepreneur, mengapa saya bisa punya kehidupan/kebebasan seperti itu? Bahkan sekarang saya ‘nganggur’. Saya membuat channel vlog ini. Saya membuat channel Success Before 30. Ini karena saya menceritakan pemikiran saya waktu saya masih muda. Apa yang saya lakukan ketika saya masih 17 tahun, 19 tahun, 20 tahun. Apa yang saya lakukan sekarang saya share di channel Success Before 30 ini. Banyak orang berkata :
“Saya ingin success before 30..!”
Cuma ’ingin’. Tetapi apakah anda ‘MAU’ success before 30? Apakah anda mau sukses sebelum usia 30 tahun? Perbedaannya satu :
BERANI BAYAR HARGA.
Sahabat entrepreneur, kemiripan-kemiripan ini sebenarnya sama. Tetapi jika anda tahu kata kunci perbedaan ini, maka 5-10 tahun dari sekarang, nasib anda akan berbeda jauh. Dan semoga channel ini bisa membangun mindset anda. Dan semoga video ini bisa menggedor cara berpikir anda. Jangan lupa berikan like, komentar-komentar anda saya tunggu.
Dan jangan lupa subscribe. Serta nyalakan loncengnya untuk mendapatkan notifikasi. Ada 2 video disini, silahkan anda share. Silahkan anda bagikan kepada teman-teman anda. Suka ataupun tidak suka, silahkan dibagikan. Resikonya, anda akan kehilangan teman jika anda membagikan channel ini. Tetapi resiko 5 tahun dari sekarang, nasib anda akan berbeda dengan teman anda. Jangan takut share. Jika anda ingin mengubah nasib, sebaiknya anda share.
Sukses untuk anda, salam hebat luar biasa..!!