Mengapa Orang Pintar Justru Gagal Kaya?
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Di edisi kali ini saya akan kembali membahas tentang masalah kecerdasan finasial/pendidikan finansial agar anda lebih ‘melek’ masalah finansial.
Karena video-video saya banyak sekali yang membahas tentang pendidikan finansial. Silahkan tonton video-video saya yang lain. Dan kali ini saya akan membahas 3 alasan mengapa orang pintar justru gagal kaya.
‘Pintar’ yang saya maksud disini dalam arti pintar secara akademis. Jadi, pintar yang saya maksudkan itu harus lebih spesifik. Pintar secara akademis. Mungkin di sekolahnya dia pandai, dulu nilainya bagus, sering juara kelas, bahkan mungkin bukan mustahil dia sering mendapat nilai 9 atau 10. Bahkan sering dapat nilai A di kampusnya dan tidak sedikit yang akhirnya menjadi sarjana dan sangat pandai.
Tetapi karena alasan-alasan ini, mengapa orang yang pandai secara akademis ini justru gagal kaya raya? Saya mengambil topik ini dari bukunya Robert Kiyosaki yang berjudul “Business School”. Dan saya juga ada bukunya. Saya mengambil dari buku ini dan saya me’review dari satu bab beliau yang menceritakan mengapa orang-orang yang pintar secara akademis atau dapat beasiswa, tetapi mengapa tidak bisa meraih kebebasan finansial dalam hidup mereka?
Sekurang-kurangnya ada 3 alasan disini.
1. Orang yang terlalu pandai menganalisa
Orang yang pertama adalah orang yang terlalu pandai menganalisa. Karena mereka adalah orang pintar dan terbiasa terlatih untuk melakukan analisa yang kuat, sehingga akhirnya terlalu pandai. Ingat, kata ‘terlalu’ itu tidak baik. Anda terlalu gemuk itu tidak baik. Terlalu kurus itu tidak baik. Anda terlalu sombong juga tidak baik. Terlalu minder itu tidak baik. Jadi, kata ‘terlalu’ itu tidak baik.
Terlalu cerewet juga tidak baik. Terlalu pendiam tidak baik, terlalu manja juga tidak baik. Dan terlalu mandiri juga tidak baik. Semua kata ‘terlalu’ itu tidak baik. Terlalu pandai menganalisa juga tidak baik. Mengapa?
Karena segala sesuatunya selalu anda analisa.
Karena anda adalah orang yang terbiasa dilatih untuk menggunakan otak kiri dan otak kiri anda kuat sekali, sehingga akhirnya anda gagal menjadi kaya raya. Gagal bebas finansial. Karena anda itu sebelum melangkah, selalu memikirkan analisa dan resikonya terlebih dahulu.
“Kalau nanti saya melangkah, lalu resikonya begini, bagaimana?”. “Kalau proyek ini tidak jalan, bagaimana?”. “Misalkan nanti supplier tidak cocok, bagaimana?”. “Kalau nanti customer tidak repeat, bagaimana?”. “Misalkan saya melakukan sesuatu lalu tidak jalan, bagaimana?”. Yang ada di otak anda justru adalah resikonya terlebih dahulu. Apakah itu salah? Tidak. Tetapi, anda terlalu pandai menganalisa.
Saya beri tahu sesuatu. Tidak ada usaha yang tidak ada resikonya. Semua usaha pasti ada resikonya. Sama seperti jika anda mau menikah. “Kalau saya nanti menikah dengan dia, maka resikonya begini,begitu, dll”. Kalau anda selalu memikirkan resiko, kapan anda menikah? Tetapi kalau anda terlalu cepat menikah tanpa memikirkan persiapan, itu juga keliru. Silahkan anda tonton video saya, “Menikah atau Membangun Karir Dahulu?”. Banyak orang yang ‘pokoknya nikah’, tanpa memikirkan resikonya. Yang penting menikah dulu. Setelah menikah, baru keluar semua resikonya. Anda baru sadar. Itu juga salah. Terlalu cepat itu tidak baik, namun terlalu lambat juga tidak baik. Jadi, ada kata ‘terlalu’. Menurut saya, itu tidak baik.
Segala sesuatu harus dipikirkan resikonya
Resikonya dikunci. Isitlahnya adalah ‘mengunci resiko, kalau di dalam dunia bisnis. Tetapi, anda terlalu pandai mengunci. Anda terlalu pandai menganalisa. Akhirnya, orang yang pikirannya kuat di otak kiri itu ada di kuadran E dan kuadran S. Itu adalah orang yang pemikirannya selalu tentang ‘mencari aman’. Gaji saya setiap bulan mau saya kemanakan. Inilah yang paling penting. Kelebihan uang anda setiap bulan itu mau dikemanakan. Itu sangat penting.
Kalau anda punya kelebihan uang setiap bulan, maka anda tahu alokasinya kemana. Silahkan anda tonton video saya “3 Cara Menabung yang Benar”. Maka anda akan mengetahui cara menabung yang benar dan menabung yang salah. Silahkan anda tonton. Dengan begitu, anda bisa save/mengalokasikan kelebihan uang anda. Jadi, jangan terlalu pandai menganalisa. Kalau anda terlalu pandai menganalisa, maka anda akan gagal kaya. Anda harus berani mengambil resiko. Poinnya disitu.
2. Berusaha kaya dengan cara yang cepat
Poin yang kedua atau alasan yang kedua adalah berusaha kaya dengan cara yang cepat. Karena anda orang yang pandai, anda adalah orang yang pintar menganalisa, maka anda kaya dengan cara yang cepat. Ada peluang ini, anda ambil. Ada peluang itu, anda ambil. Anda terlalu berani. Misalkan, saya memberikan anda sebuah tips. Misalkan anda mau mengajukan kredit di bank. Ini adalah salah satu tips dari saya. Salah satu kriteria yang disukai oleh Bank adalah usaha yang sudah pasti.
Dan yang kedua, perputaran modal usaha atau perputaran bisnis anda terlihat dengan sangat baik. Dan yang ketiga, reputasi usaha anda itu sangat bagus. Yang seperti itu bank sukai. Bank tidak suka kalau anda suka berpindah-pindah usaha. “Usaha si A bagus, usaha si A banyak”. Bank justru takut kalau usaha anda terlalu banyak. Mengapa? Karena itu artinya anda tidak konsisten pada satu bidang usaha. Jika anda konsisten pada satu bidang usaha, biasanya bank menyukai itu. Sama juga, peluang pun seperti itu.
Misalkan hari ini anda melihat sebuah peluang. Usaha ternak bagus. Usaha kuliner bagus. Otomotif bagus. Kemudian, usaha kuliner bagus. Usaha buka game bagus. Lalu, jadinya usaha apa?
Semua usaha mau dijalani. Namun, tidak ada satupun yang berhasil.
Karena itu sahabat entrepreneur, anda tidak mungkin membuka usaha. Karena anda terlalu pintar. Ini peluangnya oke, ini juga oke. Anda buka semuanya. Akhirnya, anda gagal kaya. Mengapa anda gagal kaya? Karena pada akhirnya uang anda tidak terkumpul pada satu bidang, tetapi anda terlalu pintar mengambil peluang dan menganalisa banyak hal. Akhirnya, tidak ada yang berhasil.
Karena itu bapak ibu, justru sebenarnya anda kalah dengan orang yang anda anggap ‘bodoh’, tidak punya IQ yang tinggi, tidak lulus sekolah, tetapi dia tekun. Anda kalah dengan orang yang tekun. Anda kalah dengan orang yang ulet. Mengapa? Karena mungkin mereka mencintai satu bidang dan setia pada bidang tersebut. Ia tidak pindah ke bidang yang lain. Bahkan, dia dengan santainya berbicara “Saya orang bodoh, pak. Saya tidak bisa usaha yang lain. Saya hanya bisa usaha ini”.
Lalu, saya mau bilang apa lagi? Anda kalah dengan orang yang anda anggap bodoh. Orang yang terlalu pintar justru terlalu cepat mengambil peluang. Tetapi, tidak pernah tekun pada satu bidang. Akhirnya, satu bidang pun tidak ada yang berhasil. Usaha plastik mau dijalani. Usaha garment mau dijalani. Besoknya usaha furniture mau dijalani. Usaha interior mau dijalani. Usaha kecantikan mau dijalani. Lalu, apa yang berhasil? Usaha kayu mau dijalani. Kapan anda berhasil?
Usaha itu banyak. Tetapi, adakah yang sukses di salah satu bidang? Ingat sahabat entrepreneur, anda jangan mudah tertipu. “Wah, usaha ini menjanjikan..!”. Tidak ada. Semua harus ditekuni. Tonton video saya “Hukum 10.000 Jam”. Ketika anda belum melakukan sesuatu selama 10 ribu jam, anda tidak akan menjadi pakar di bidang itu. Hukum 10 ribu jam ini sangat-sangat penting. Saya menganalisa dari bukunya Malcolm Gladwell. Disitu saya membahas, “Lakukan segala sesuatu selama 10 ribu jam”. Banyak orang pintar yang tidak tahan dengan hukum 10 ribu jam. Karena mereka menganggap itu sia-sia, membosankan. Karena dia terlalu pintar.
3. Tidak memiliki aset yang berharga
Alasan yang ketiga adalah tidak memiliki aset yang berharga. Maksudnya apa? Karena anda terlalu pintar, sehingga mungkin lingkungan mengajak anda untuk tidak mengunci aset anda. Contoh, anda saat ini sudah mempunyai dua rumah. Rumah yang satunya dijual, padahal anda tahu harga properti itu naik terus. Rumah yang satunya dijual, hasilnya justru anda belikan mobil. Tidak masalah jika mobilnya digunakan untuk bekerja. Tetapi mobil itu justru anda gunakan untuk apa? Untuk berfoya-foya? Atau anda gunakan untuk show off?
Padahal anda tahu bahwa ketika anda membeli mobil, maka detik itu juga harga mobil itu turun. Nilai yang tidak pernah turun itu properti. Properti pun kalau bermasalah, nilainya tetap stagnan dan bisa naik. Karena itulah Robert Kiyosaki menyarankan, “jika membeli properti, jangan membeli properti yang murah”. Anda harus membeli properti yang mahal. Karena properti yang mahal itu nilai valuasinya akan naik terus. Kalau properti yang murah, besar kemungkinan harganya tidak akan naik. Tetapi, itu lebih baik daripada anda tidak punya properti sama sekali.
Justru apabila anda tidak mempunyai aset yang berharga, semua properti anda jual dan anda justru membeli barang-barang yang tidak produktif. Contoh, anda membeli barang untuk memenuhi gaya hidup anda. Travelling contohnya, menurut saya itu tidak perlu. Lebih baik anda membeli aset yang jauh lebih berharga. Itulah sebabnya saya pernah mengajarkan di video saya, dan saya juga memakai baju ini.
Yaitu video “3 Cara Menabung”.
Yang pertama adalah menabung logam mulia, kemudian yang kedua adalah menabung properti, dan yang ketiga adalah menabung saham. Tiga hal itu harus anda miliki. . Tiga hal itu adalah aset. Jangan pernah sekalipun 3 aset ini ditukar di luar 3 hal ini. Di luar 3 hal ini akan menjadikan diri anda sebagai orang yang tidak punya aset, tetapi anda justru punya liability. Jika anda mempunyai liability, justru anda tidak akan mempunyai aset yang berharga. Dan akhirnya, anda justru mempunyai cicilan baru.
Beli mobil, punya cicilan baru. Nanti beli ini, punya cicilan baru. Semuanya serba cicilan. Sampai kapan selesainya? Dan tahukah anda? Jika anda mencicil sesuatu, tidak ada yang namanya cicilan 0%. Tidak ada. Cicilan 0% itu hanya trik marketing. Cicilan itu sebenarnya harganya sudah di mark up. Sudah dinaikkan. Tetapi profitnya selama cicilan 3 tahun itu sudah di’include di harga barang anda dan dibagi dengan puluhan bulan. Promosinya cicilan 0%. Padahal tidak. Sebenarnya barang itu sudah dijual lebih mahal kepada anda.
Jadi sahabat entrepreneur, seringkali orang pintar justru menjual aset berharganya. Tetapi saya sangat berharap anda harus bisa mengendalikan emosi anda. Jadi, orang yang pintar itu pintar secara IQ. Tetapi seringkali, dia tidak pandai secara EQ. EQ itu artinya apa? Emotional Quotient. Emotional Quotient itu artinya orang yang bisa mengendalikan emosinya. Anda harus bisa menahan diri anda untuk membeli barang-barang yang menurut saya tidak perlu dan tidak dibutuhkan.
Tahan emosi anda. Jangan gampang panas.
Melihat Instagram, panas. Melihat mobil, panas. Lalu melihat villa, ini, itu, panas. Melihat orang liburan, panas. Sehingga akhirnya anda rela menjual aset untuk sesuatu yang ‘panas’. Anda tidak mampu mengendalikan emosi anda. Karena anda orang yang pintar. Tidak mau kalah. Tetapi anda tidak bisa mengelola kondisi emosi anda. Belajarlah untuk tenang. Belajarlah untuk sabar. Ketika anda bisa mengelola sabar dan tenang, niscaya anda akan menjadi orang yang pintar tapi bijak.
Jadi demikian 3 alasan yang saya bahas. Semoga anda menjadi orang yang pintar, tetapi juga bisa kaya. Bukan orang pintar tapi gagal kaya. Jangan lupa berikan like, dan subscribe jika anda menyukai channel ini. Dan juga jangan lupa loncengnya diaktifkan. Silahkan share kepada teman-teman anda. Serta ada 2 video saya disini, silahkan dibagikan. Bila anda menyukai channel ini, pastikan teman-teman anda menonton video ini.
Sukses untuk anda, salam hebat luar biasa..!!