Bagaimana Cara Menghadapi Orang Yang Mau Menang Sendiri ?
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Pada tips kali ini, saya akan membahas tentang menghadapi orang yang maunya menang sendiri. Pasti pusing kalau berhadapan dengan orang seperti ini. Anda pernah menghadapi orang seperti ini? Disini saya akan membahas : “Bagaimana Cara Menghadapi Orang Yang Mau Menang Sendiri?”
Jadi untuk menghadapi orang yang maunya menang sendiri itu sebetulnya anda harus tahu tentang 3 tingkat kebenaran. Jika anda tidak tahu tentang 3 tingkat kebenaran, maka anda pasti akan menjadi orang yang maunya menang sendiri. Sekarang saya ingin bertanya, mengapa ada orang yang maunya menang sendiri?
Anda harus tahu lebih dulu sebabnya itu kenapa. Penyebabnya dijawab oleh 3 tingkat kebenaran ini :
1. Asumsi atau opini
Tingkat kebenaran yang paling rendah adalah asumsi atau opini. Asumsi atau opini itu sendiri tingkat kebenarannya sangat rendah. Karena apa? Karena ini adalah tingkat kebenaran yang didasarkan oleh cara berpikir anda sendiri. Sudut pandang anda sendiri. Prospektif anda sendiri. Yang mana cara pandang tersebut belum tentu benar.
2. Isu atau rumor
Tingkat kebenaran kedua yang lebih tinggi daripada asumsi atau opini adalah isu atau rumor. Isu itu seringkali berkembang. Anda bisa baca di media sosial, surat kabar, atau gosip dari teman-teman. Itu adalah isu. Seringkali, kita itu suka mengambil kesimpulan dari isu. Padahal tingkat kebenarannya juga sedikit lebih rendah dari tingkat kebenaran yang ketiga. Tetapi sedikit lebih baik daripada tingkat kebenaran yang paling rendah tadi, yaitu opini atau asumsi anda sendiri.
Tingkat yang kedua ini berbicara tentang isu. Isu yang berkembang menurut ini, menurut itu dan sebagainya. Padahal, belum tentu isu itu benar. Menurut kata orang ini, menurut saudara ini, menurut orang ini. Padahal belum tentu benar. Bisa jadi anda intrepretasikan atau terjemahkan dengan memakai cara berpikir anda sendiri.
3. Fakta atau data
Oleh sebab itu, tingkat kebenaran yang paling tinggi atau yang ketiga adalah fakta atau data. Jadi, orang-orang Indonesia seringkali beropini, seringkali menyebarkan berita, seringkali mengambil kesimpulan terlalu dini. Padahal baru di tingkat asumsi dan di tingkat isu. Anda belum mencari kebenaran data dan faktanya dahulu, tetapi anda sudah berani mengambil kesimpulan.
Oleh sebab itu, bijaklah dalam mengambil kesimpulan. Karena kebenaran yang paling rendah adalah “ASUMSI”. Kebenaran yang ketiga adalah di tingkat kebenaran “Fakta atau data”. Oleh sebab itu jika anda sudah punya datanya, faktanya sudah ada dalilnya dan sebagainya, maka anda boleh mengambil ini sebagai sebuah kesimpulan. Orang yang mau menangnya sendiri, seringkali dia hanya memaksakan kehendaknya di tingkat isu. Atau bahkan di tingkat asumsi. Bagaimana cara anda menghadapi orang seperti ini?
Yang pertama, jika orang ini adalah teman anda. Sebelum saya lanjutkan, anda tonton dahulu video saya : “3 Jenis Teman”. Disitu saya sudah membahas tentang mentor friend dan buddy friend. Bukan body friend. Anda seringkali salah. Buddy friend adalah teman bercanda, teman akrab, atau teman untuk tertawa bersama. Dan yang ketiga adalah follower friend.
Dari ketiga jenis teman tersebut, kalau memang teman itu hanyalah teman tertawa bersama, ya sudah. Jika ada teman yang ingin menangnya sendiri, percaya pada saya, tidak ada satu pun orang yang ingin berteman dengannya. Karena setiap ada dia, pasti grup ‘ngobrol’ itu kabur semuanya. Jika ada dia, semuanya pasti menghilangkan jejak. Males banget. Karena setiap kali berbicara, seolah-olah dia yang mendominasi pembicaraan. Seolah-olah dia menganggap dirinya yang paling baik. Menganggap dirinya yang paling pintar. Menganggap dirinya yang paling benar. Tidak mau mendengar pendapat orang lain. Dan orang bicara satu, dia bicara sepuluh. Orang lain bicara sepuluh. Dia bicaranya seratus. Siapa yang betah?
Atau jangan-jangan, anda orang yang seperti ini? Jangan sampai ya..
Kalau bisa, anda menjadi orang yang banyak mendengar.
Dan kalau bisa, nada suara anda itu rendah. Nada suara anda itu jangan mendominasi. Orang lain tidak suka cara berkomunikasi dengan nada yang tinggi. Seringkali, maksud dari kebenaran yang ingin disampaikan itu tidak tersampaikan.
Lalu, bagaimana kalau anda menghadapi orang yang ingin menangnya sendiri, dan itu adalah bos anda? Bos saya suka menangnya sendiri, pak. Inilah resiko menjadi karyawan. Saya ingin memberitahu 2 aturan jika anda bekerja di perusahaan. Aturan pertama : Yaitu bos selalu benar. Anda harus tahu itu.
Kemudian yang kedua. Kalau bos anda suka marah-marah, setiap hari suka memerintah, setiap hari suka marah-marah atau mengamuk, saya ingin memberitahu anda satu fakta. Jika anda menghadapi bos yang ingin menang sendiri, kembali lagi pada dua aturan itu tadi. Bahwa :
- Bos selalu benar
- Gaji anda itu satu paket dengan dimarah-marahi oleh bos
Dan itu termasuk pembenaran dari bos itu sendiri. Jadi kalau misalkan anda pusing/stress dengan aturan nomor dua, apalagi jika bosnya maunya menang sendiri, maunya marah-marah terus, kembali lagi pada aturan yang pertama : ‘boss always right’.
Sekarang pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana jika menghadapi orang yang maunya menang sendiri, tetapi orang ini tipikalnya adalah teman baik? Sekarang saya tanya balik, anda bisa berteman baik dengan dia, kok bisa tahan jika dia ingin selalu menang sendiri? Atau jangan-jangan, anda adalah orang yang sabar. Anda itu satu-satunya teman dari orang tersebut dan orang ini tidak punya banyak teman. Dan hanya anda orang yang bisa mengerti dia dan memahami dia.
Sekarang saya ingin bertanya kepada anda. Ada 2 pertanyaan :
- Yang pertama adalah : Memangnya anda tidak punya teman lain? Sehingga, bisa-biasanya anda menghadapi orang yang maunya selalu menang sendiri. Selalu berbicara di tingkat asumsi dan bukan bicara pada tingkat fakta.
- Atau yang kedua, jangan-jangan anda sendiri sebenarnya tidak punya banyak teman?
Saya ingin menghimbau kepada anda. Jika anda mengalami hal seperti itu, sebaiknya pelan tapi pasti, tinggalkan dia. Teman itu banyak. Anda mungkin berkata, “Kasihan pak. Jika saya meninggalkan dia, kasihan..” Anda harus memilih. Jika anda kasihan, jangan complain/mengeluh. Jika anda selalu complain, jangan berteman dengan dia. Simple. Untuk apa anda bingung dan pusing? Untuk apa anda galau terus? Menurut saya, justru yang aneh itu diri anda. Teman anda maunya menang sendiri, tetapi anda sendiri takut kehilangan dia. Kacau.
Ini yang paling berat. “Pak, bagaimana kalau orang yang ingin menangnya sendiri adalah keluarga saya?” Keluarga itu bisa jadi saudara, bisa jadi orang tua, bahkan bisa jadi anak anda. Disini saya ingin memberikan tips untuk berhati-hati. Jika yang ingin menangnya sendiri adalah saudara, sebaiknya anda berhati-hati jika itu saudara anda. Hubungannya cukup sebatas karena anda saudara kandung. Tetapi kalau cara berpikir anda tidak cocok, dia maunya menangnya sendiri, ya sudah.
Anda terpaksa harus segera mandiri.
Anda tidak bisa serumah dengan dia. Jika anda saat ini belum menikah, belum berkeluarga dan anda masih serumah, ya sesegera mungkin anda harus mandiri. Mungkin anda bisa bekerja dari pagi sampai malam, sehingga tidak ada waktu untuk ngobrol dengan mereka. Kalau perlu anda merantau, sehingga tidak perlu di rumah. Atau kalau perlu anda tinggal di rumah sendiri, ngekost sendiri atau yang lainnya. Banyak perantau yang masalahnya selesai. Jadi, tidak perlu ribut dengan orang satu rumah.
Bagaimana jika orang tua saya sendiri? Ini agak repot, karena jika orang tua anda sendiri, seringkali persepsinya tidak bisa dipaksakan. Karena orang tua punya persepsinya, dan anda juga punya persepsi anda sendiri. Oleh sebab itu, jika menghadapi orang yang maunya menang sendiri dan itu orang tua, tips saya hanya satu. Sesegera mungkin anda harus mandiri.
Niscaya jika anda punya kehidupan sendiri, anda punya keluarga sendiri, maka anda sebetulnya juga bisa memberikan sebuah solusi. Apapun masalahnya. Mungkin solusi finansial/keuangan. Saya tidak mau membahas ini terlalu jauh. Tetapi poin yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana anda bisa menghadapi orang yang maunya menang sendiri. Jika orang itu adalah adalah orang terdekat anda, kuncinya nomor satu adalah “anda harus segera mandiri”. Sesegera mungkin anda harus mandiri.
Dan bagaimana kalau yang anda hadapi adalah anak anda sendiri?
Kemungkinan besar anak anda masih pada fase labil. Usia 12-18 tahun. Usia 12-18 tahun adalah usia yang memang rawan dan labil. Karena mereka masih ABG. Tetapi ketika anak anda sudah melewati usia 18 tahun, dia mungkin bisa lebih dewasa/lebih tenang. Tetapi jika karakternya tetap tidak bisa berubah, anda sebagai seorang ayah, mau bagaimana lagi? Anda sebagai seorang ibu, mau bagaimana lagi? Apalagi jika keluarga besar. Anaknya sepuluh. Memang seringkali ribut. Anak dua saja terkadang masih bisa ribut.
Jadi, tips saya jika anda menghadapi keluarga sendiri adalah sesegera mungkin anda bisa mandiri. Sambil menonton channel ini, anda harusnya bisa memahami orang-orang dari berbagai sektor. Jika anda bisa memahami orang-orang dari berbagai sektor, maka otomatis anda tidak akan memaksakan kehendak sendiri. Terlebih lagi jika anda memahami 3 tingkat kebenaran itu tadi.
Anda suka berbicara dan memaksakan kehendak anda di tingkat kebenaran yang mana? Jika anda memaksakan kehendak anda di tingkat yang ketiga, ok, you are a brilliant person. Anda adalah orang yang sangat brilian. Tetapi kalau tidak, jangan-jangan anda adalah ‘kaum sumbu pendek’? Orang yang belum berpikir secara fakta dan data, tetapi anda sudah marah-marah sendiri, maunya menang sendiri, atau memaksakan kehendak anda sendiri. Hidup saja di hutan.
Bila anda menyukai video seperti ini jangan lupa klik like, berikan komentar anda di bawah, dan jangan lupa subscribe. Serta ada video baru di bawah silahkan anda tonton. Serta ada icon lonceng di kanan bawah, silahkan anda klik. Dan silahkan share kepada teman-teman anda.
Sampai jumpa di video berikutnya, selalu salam hebat luar biasa..!!