8 Perbedaan Mental Kuat VS Mental Lemah
Klik disini untuk melihat di YouTube
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa !! Berjumpa lagi di episode kali ini. Yaitu saya akan membahas tentang : “8 Perbedaan Mental Kuat VS Mental Lemah”. Baik, sebetulnya video ini adalah kelanjutan dari video saya sebelumnya. Yaitu “Mental Pemenang VS Mental Pecundang“. Silahkan anda klik video tersebut. Video ini adalah kelanjutannya. Disini saya akan membahas tentang ada 8 poin perbedaan antara mental kuat VS mental lemah :
1. Hidup di saat ini VS Hidup di masa lalu
Yang pertama adalah : Kalau orang yang bermental kuat, dia selalu ‘HIDUP DI SAAT INI‘. Dia tidak mau membanding-bandingkan dengan kehidupan masa lalunya. Contoh, anda pernah gagal di masa lalu. Anda pernah mengalami keputusasaan. Anda pernah mengalami kekecewaan di masa lalu.
Orang yang mempunyai mental kuat, dia tidak akan mempermasalahkan itu. Dia menganggap itu sebagai sebuah pembelajaran. Dia bukan menganggap itu sebagai sebuah kesalahan, musibah, masalah atau bencana yang besar. Mereka menganggapnya sebagai sebuah pembelajaran. Anda juga bisa lihat di video-video saya yang lain.
Kalau si mental lemah, dia selalu ‘HIDUP DI MASA LALU‘. Saya dulu pernah sukses, memiliki 2 toko. Saya dulu pernah juara kelas dan juara Nasional. Tetapi sekarang, hidupnya sudah flat. Hidupnya tidak ada kemajuan. Dia selalu hidup di masa lalunya. Dia menganggap kejayaan masa lalu yang sudah lewat masih melekat. Dan dia menganggap dirinya masih seperti masa lalu. Padahal dia harus berusaha lagi, saat ini.
Dia tidak bisa hidup di saat ini. Dia selalu hidup di masa lalu. Bagi anda para subscriber, adakah di antara anda yang tidak bisa move on dari masa lalu anda? Tolong putar video ini berulang-ulang supaya anda segera bangkit dan hidup di saat ini. Jangan hidup di masa lalu. Anda harus punya mental yang kuat.
2. Bekerja keras VS Meyalahkan situasi
Yang kedua, orang yang punya mental kuat selalu ‘bekerja keras untuk mendapatkan yang diinginkan‘. Karena dia tahu, dia paham bahwa dia harus bekerja untuk mendapatkan hak. Dia tidak mau dibayar tanpa dia bekerja. Karena dia ingin merasa sepadan. Saya bekerja, saya dapat hasil. Dia tidak mau mendapatkan hal yang tidak dia dapatkan kalau dia belum bekerja. Dia tidak mau.
Sedangkan yang kedua, orang yang memiliki mental lemah ‘suka menyalahkan situasi dan kondisi‘. Kalau dia gagal, dia mengatakan, “Ini salah atasan saya”. “Ini kesalahan bawahan saya. Bawahan saya tidak becus”. Kemudian dia menyalahkan saudaranya. Dia menyalahkan sekolahnya. Atau menyalahkan jenis pekerjaannya. Tidak ada yang benar bagi dia. Yang paling benar hanya dirinya sendiri.
Inilah mental orang yang cenderung tidak mau disalahkan. Orang yang tidak mau disalahkan itu cenderung orang yang mentalnya lemah. Dia mau terlihat paling benar. Tidak bisa. Tidak ada manusia yang sempurna. Manusia itu pasti ada kekurangannya. Oleh sebab itu, orang-orang yang seperti ini kelihatannya kuat. Tapi sebenarnya mentalnya sangat lemah.
3. Sukses butuh proses VS Sukses secara instan
Yang ketiga, pemikiran orang yang mentalnya kuat itu ‘sukses pasti butuh proses‘. Dia percaya itu. Tidak ada segala sesuatu yang instan. Contohnya orang mau membentuk otot. Harus berlatih bertahun-tahun. Orang bisa lari marathon, bisa kuat berlari sampai puluhan kilometer. Itu butuh proses. Orang bisnisnya bisa besar, cabangnya bisa ratusan. Itu semua butuh proses. Tidak ada yang instan.
Jangan mudah tergiur dengan orang yang suksesnya secara instan. Dalam waktu cuma 6 bulan. Instan, semuanya jadi. Hati-hati..! Karena easy come, easy go. Mudah datang, juga mudah pergi. Oleh sebab itu orang yang mentalnya lemah, dia ‘maunya sukses secara instan‘. Dia lihat temannya sukses, dia ingin cepat-cepat seperti temannya.
Padahal belum tentu. Bisa jadi ketika anda masih tidur, belum bangun, anda masih santai-santai. Jangan-jangan teman anda sudah membangun masa depannya. Contohnya saya. Saya sudah mulai bekerja sejak saya berusia 12 tahun. Saya sudah membantu paman saya. Usia 17 tahun, saya sudah menafkahi diri sendiri. Ini penting.
Banyak orang-orang seusia saya, mereka masih meminta uang pada orang tua. Karena apa? Mental itu sudah dibangun sejak dini. Anda harus punya kemauan dan proses yang kuat. Tidak bisa secara instan.
4. Senang melihat kesuksesan orang lain VS Iri terhadap kesuksesan orang lain
Yang keempat, orang yang mentalnya kuat ‘senang melihat kesuksesan orang lain‘. Karena kalau dia melihat orang lain sukses, dia mengapresiasi. Dan merasa ingin belajar pada orang itu. Sedangkan orang yang mentalnya lemah, justru ‘iri terhadap kesuksesan orang lain‘.
“Orang ini pasti ‘enggak bener’. Jangan-jangan ada yang tidak beres“.
Intinya dia selalu melihat sisi yang negatif. Dia tidak mau belajar, tapi hanya melihat sisi negatif. Hati-hati, anda termasuk mental yang mana?
5. Bertanggung jawab atas keputusan VS Menyalahkan orang lain
Yang kelima, dia selalu ‘bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil‘. Baik maupun buruk, dia siap bertanggung jawab. Contoh, dia membuat satu keputusan. Namun ternyata mengalami kerugian. Ya sudah, harus bertanggung jawab. Contohnya, saya membeli barang dalam jumlah besar. Ternyata barang ini tidak laku, tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Ya sudah, kerugian ini siap saya tanggung. Itu namanya bertanggung jawab.
Saya memiliki suatu masalah, contohnya. OK, saya siap ganti rugi. Semua masalah ini saya yang membuat. Ini namanya bertanggung jawab. Sedangkan orang yang mentalnya lemah, suka ‘menyalahkan orang lain atas keputusan yang salah‘. Ketika keputusannya salah justru mengatakan, “Nah, saya kan sudah beritahu..! Kemarin kan saya sudah memberitahu seperti itu..!”
Padahal waktu mengambil keputusan, semua sudah sepakat. Tapi ketika keputusannya salah, dia tidak mau ikut bertanggung jawab. Dan akhirnya dia lari dari tanggung jawab. Apakah anda tipikal orang yang mau bertanggung jawab? Ataukah anda tipikal orang yang lari dari tanggung jawab? Anda yang menjawabnya sendiri..!
6. Tidak mudah menyerah VS Mudah menyerah
Kemudian yang keenam, orang yang sukses atau orang yang mentalnya kuat, dia ‘tidak mudah menyerah‘. Kesulitan, masalah, tantangan, cobaan. Itu adalah makanan sehari-hari orang yang mentalnya kuat. Dia memiliki mental kuat karena dia terlatih dan tertempa hal seperti itu. Sedangkan orang yang mentalnya lemah, dia tidak terbiasa. Akhirnya kena masalah sedikit, sakit. Kena masalah sedikit, capek. Kena masalah sedikit, lelah, letih. Akhirnya, dia menjadi orang yang ‘mudah menyerah‘.
Bagi anda yang mudah menyerah, ada salah satu subscriber saya menulis di kolom comment : “Pak, saya sudah lama kuliah, tinggal mengerjakan skripsi kok gak selesai-selesai?” Saya jawab dengan satu kalimat : “Anda bisa kuliah, bisa studi sampai selesai. Anda bisa sampai tahap skripsi tapi mengapa mau menyerah? Padahal tinggal satu tahap terakhir. Ya kan?”.
Jadi, jangan menyerah. Ingat kembali proses perjuangan anda. Sebelum anda mendapatkan gelar sarjana, tinggal satu tahap terakhir. Sesulit apapun skripsi tersebut, harus anda selesaikan. Jangan mudah menyerah.
7. Selalu bersyukur VS Selalu mengeluh
Yang ketujuh, ‘selalu bersyukur‘ atas apa yang sudah dimiliki, bagi orang yang punya mental kuat. Jadi orang yang mentalnya kuat, baik itu dari hal mendapatkan rezeki, dia bersyukur. Dapat musibah pun dia tidak menyalahkan keadaan. Dia juga bersyukur. Untung badan saya masih kuat. Badan saya masih sehat. Uang yang hilang bisa dicari kembali. Itulah mental yang kuat.
Sedangkan orang yang mentalnya lemah, ia ‘selalu mengeluh karena keadaan‘. Diberi rezeki, katanya kurang. Diberi rezeki lebih, katanya rezeki orang lain lebih banyak. Kemudian kalau hari ini tidak dapat rezeki, justru tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka lebih mengeluh lagi. Ya ‘kan? Yang begini, yang begitu..
Apakah anda tipe orang yang suka complain? Kalau orang yang suka mengeluh dan mengeluh, lebih baik stop compalin, go to work..! Pergi bekerja! Jangan cuma mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Mental anda termasuk mental pecundang. Mental yang lemah sekali.
8. Mampu membangkitkan semangat VS Menjatuhkan semangat
Yang kedelapan, anda mampu mengubah suasana yang tidak kondusif menjadi positif. ‘Mampu membangkitkan semangat positif‘. Contoh, ketika ada perbincangan di sebuah komunitas, ada orang yang menggunjingkan/membicarakan sesuatu yang negatif. Dari situlah akhirnya suasana menjadi tidak kondusif. Tapi dengan kehadiran orang yang mentalnya kuat, suasana menjadi riang gembira. Dan seolah-olah kehadiran anda itu mengubah suasana yang tadi tidak nyaman menjadi menyenangkan.
Contoh lagi, sebuah tim sepak bola. Ketika sudah ketinggalan 3-0. Kehadiran anda seorang kapten, seseorang yang berpengaruh, mentalnya kuat, mengatakan :
“Ini baru 3-0, belum 4-0. Pertandingan belum selesai..! Ayo kita selesaikan..! Masih memungkinkan bisa seri 3-3..!”
Kehadiran anda memberikan spirit bagi tim anda. Itu kekuatan yang luar biasa. Berbeda dengan orang yang justru menjadi racun. ‘Menjatuhkan semangat dengan kata-kata negatif‘. Di dalam sebuah komunitas yang positif, bukannya memotivasi atau mendongkrak semangat. Justru mengatakan :
“Ah, sudah 3-0. Pasti tidak lama lagi 4-0. Atau tidak lama lagi 5-0. Memang kualitas kita cuma seperti ini“. Kata-kata anda ini justru melemahkan semangat. Itu mental yang lemah..!
Sahabat entrepreneur, sekiranya 8 poin ini bisa memberikan anda sebuah masukan, sehingga anda tahu anda tergolong mental yang mana. Agar anda bisa koreksi diri masing-masing. Bila anda menyukai channel seperti ini, silahkan klik like & subscribe. Kemudian silahkan memberikan comment yang bermanfaat, saya dengan senang hati akan membacanya.
Dan jangan lupa di sebelah kanan ada lonceng. Kalau anda klik lonceng tersebut, maka setiap ada video baru, ada notifikasi. Saya jamin anda pasti menjadi prioritas untuk mendapatkan notifikasi tersebut. Sukses untuk anda sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa !!