Kisah Inspiratif dari Zhang Yin, Orang Terkaya di China Berkat Limbah Kertas
Zhang Yin, sukses mengembangkan industri limbah kertas menjadi industri besar dunia. Selain pionir dalam bisnis limbah kertas di China, secara pribadi ia berhasil menginspirasi banyak pengusaha, bahwa mengolah limbah merupakan bisnis yang menggiurkan.
Masa kecil Zhang di China
Masa kecil Zhang diwarnai dengan kepahitan. Keluarganya tinggal di Heilongjiang, provinsi di China yang berbatasan dengan Rusia. Pada masa Revolusi Kebudayaan China yang dimulai pertengahan tahun 1960-an, ayah Zhang dipenjara. Ia dipenjara bersama 2 juta lebih anggota masyarakat yang dianggap kontrarevolusioner atau antek kapitalis. Pada tahun 1976, ayah Zhang dibebaskan dan namanya direhabilitasi.
Setelah Reformasi Ekonomi yang diluncurkan pemerintahan Deng Xiaoping pada 1980-an, Zhang Yin hijrah ke Shenzen. Shenzen adalah kota yang dirancang sebagai kota industri sebagai salah satu pusat kebangkitan China. Di kota ini Zhang bekerja di perusahaan patungan yang bergerak di bidang perdagangan kertas.
Namun, perusahaan ini bangkrut pada tahun 1985. Zhang nekat pergi ke Hong Kong mencari peruntungan baru. Apalagi saat itu ia sudah punya relasi bagus. Berdasarkan pengalamannya, ia mendirikan bisnis perdagangan kertas. Untuk mengembangkan usaha ini, Zhang membutuhkan waktu 5 tahun. Dan pada tahun 1990 dengan modal green card, ia nekat pergi ke Los Angeles. Karena ia merasa perdagangan internasional lebih menantangnya.
Zhang memulai bisnis limbah kertas di Amerika
Disana ia bertemu Lui Ming Chung, seorang dokter gigi kelahiran Taiwan yang dibesarkan di Brazil, dan kemudian menikahinya. Bersama suaminya, Zhang mendirikan America Chung Nam (ACN) pada tahun 1993. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pengumpulan kertas bekas. Kertas bekas ini kemudian diekspor ke beberapa negara untuk diolah lagi.
Ia bersama suaminya harus keliling Amerika mengendarai mini van Dodge butut. Untuk mencari pengumpul sampah agar mau memberikan kertas bekasnya pada mereka. Usaha kerasnya itu membuahkan hasil. Volume kertas yang bisa dikumpulkannya makin lama makin banyak. Terlebih sejak tahun 1995, permintaan terhadap limbah kertas dunia meningkat pesat. Dan ia bisa mengekspornya ke beberapa negara.
Pada sekitar tahun itu pula, ia melihat peluang lain sekaligus mewujudkan keinginannya untuk pulang ke negaranya. Di negeri leluhurnya, ia membangun pabrik pengolahan limbah kertas bernama
Nine Dragons.
Dengan memiliki pabrik pengolahan, volume ekspor limbah kertas dari Amerika Serikat juga meningkat. Bahkan mulai tahun 2001, ACN menjadi pengekspor limbah kertas terbesar dari Negeri Paman Sam. Tak heran jika ia disebut-sebut sebagai “Queen of Trash”.
ACN menduduki peringkat eksportir bahan baku terbesar di AS untuk pembuatan kertas. Dan juga sebagai eksportir kontainer terbesar di antara semua industri AS selama lima tahun terakhir berturut-turut.
Peningkatan pesat pabrik Nine Dragons
Hanya dalam tempo satu dasawarsa, Nine Dragons telah memiliki 11 pabrik yang besar
dan modern di China. “Limbah kertas itu seperti hutan. Kertas dapat didaur ulang terus-menerus, dari satu generasi ke generasi lainnya,” tuturnya. Ia mengumpulkan limbah kertas di AS hingga ke Eropa. Limbah itu diekspor dari sana ke negaranya untuk diolah menjadi corrugated cardboard. Corrugated cardboard digunakan sebagai kotak pengemas mainan, barang elektronik, dan furniture.
Produk olahan ini diekspor ke AS, Eropa, dan negara lainnya. Setelah dipakai
corrugated cardboard jadi limbah berikutnya. ACN menangkapnya kembali sebagai produk limbah kertas yang kemudian diekspor lagi ke Nine Dragons. Siklus ini terus berputar tak berkesudahan. Jadi, jangan heran jika perusahaan ini cepat berkembang.
Pada tahun 2006 Zhang dinobatkan sebagai orang terkaya China menurut Hurun Report. Pada saat itu kekayaannya diperkirakan mencapai US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 31,5 triliun. Tahun ini kekayaannya menurun menjadi sekitar US$ 3,05 miliar karena perubahan tatanan ekonomi dunia. Namun itu tak melepaskan Zhang Yin dari deretan perempuan terkaya China dan dunia. Semua itu bisa ia bukukan dari hasil mengolah limbah.
Dia tidak pernah kehilangan ambisinya. Terkadang dia dijuluki Ratu Sampah, namun dia tidak memungkiri julukan tersebut. Dia berkata, “Suatu hari, saya ingin dikenal sebagai Queen of Containerboards.”