Bagaimana Cara Membangun Mindset Anak Anda
Bagaimana Cara Membangun Mindset Anak Anda
Klik disini untuk melihat di YouTube
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa !!
Untuk para subscriber kali ini yang baru saja punya anak, atau anda mempunyai anak yang masih kecil, saya mau memberikan anda hadiah, yaitu topik kali ini adalah : “Bagaimana Cara Membangun Mindset Anak Anda”.
Baik, banyak yang bertanya begini pada saya, “Pak Chandra, kira-kira bagaimana cara mengajarkan sebuah mindset pada anak?” Jadi begini, saya mau memberikan satu kalimat pasti bahwa sebenarnya cara kita membentuk itu menentukan kualitas kita sebagai orang tua. Jadi kualitas anak itu ditentukan dari orang tua. Seperti apa anak anda, itu adalah dari seperti apa anda sebagai orang tua.
Ada pepatah dari Mang Kisi & Mang Kidu. Monyet melihat, dan monyet melakukan.
Monyet paling pandai meniru. Atau pepatah “Like father, like son“. Kita sudah sering mendengarkan kata-kata seperti itu. ” Seorang anak cenderung menyerupai orang tuanya.
Pepatah itu bukan tanpa sebab. Tapi pasti memang ada maksudnya. Apalagi kalau kita melihat fase seorang anak, usia 0-2 tahun, anak itu pikiran sadarnya belum aktif. Diatas 2 tahun baru pikiran sadarnya aktif. Jadi yang sudah aktif itu pikiran bawah sadar. Usia di bawah 2 tahun itu adalah usia kritis bagi seorang anak. INFORMASI apapun yang dia dapatkan, apa yang dia lihat, apa yang dia dengar, itu semua akan langsung ditiru.
Oleh sebab itu jangan salah, kenapa anak paling mudah meniru? Kalau kita bicara tentang meniru, anak paling jago. Usia-usia seperti itu adalah usia yang sangat kritis. Sangat penting. Informasi apapun yang diberikan orang tua sangat menentukan cara berpikirnya kelak. Jadi sewaktu masa kehamilan, contoh seperti ketika anak saya mengandung anak saya yang pertama dan kedua. Sewaktu di dalam kandungan pun saya berbicara pada istri saya, lagu-lagu yang dia putar harus lagu-lagu yang positif.
Saya hindari menonton televisi. Saya hindari menonton berita gossip. Saya hindari juga channel seperti itu pada televisi di rumah. Saya matikan. Saya tidak pernah membiarkan istri saya menonton sinetron, dan sebagainya. Karena apa? Karena itu akan memprogram pikiran bawah sadar anaknya.
Jadi yang saya lakukan adalah memutarkan lagu-lagu yang sifatnya positif. Contoh, saya memutarkan lagu Mozart. Mozart adalah salah satu musikus dan seniman yang sangat terkenal. Semua lagu-lagunya dapat memprogram pikiran bawah sadar. Dan itu merangsang intelegensi anak. Dan itu sangat bagus sekali.
Itu sebabnya ketika anda putarkan lagu tersebut, maka tingkat intelegensi anak anda bisa diatas rata-rata. Itulah lagu Mozart, dan masih banyak lagi yang lain. Anda bisa memutarkan lagu-lagu yang sifatnya positif. Jadi hindarilah lagu-lagu yang sifatnya galau atau membuat stress. Memang lagunya enak didengar, merdu. Tetapi kalau anda melihat liriknya, banyak konten negatif. Jadi nomor satu kalau anda ingin membangun mindset anak, bangun mindsetnya ketika dia berusia 0-2 tahun.
Ketika dia sudah berusia 2 sampai 7 tahun, ini adalah usia Golden Age, usia emas. Usia emas seperti ini, inilah nomor dua.
Yang paling penting adalah PENDAMPINGAN.
Jadi orang tua harus memiliki banyak waktu dengan anak. Ada yang berkata, “Iya pak, kalau Pak Chandra enak bisa punya banyak waktu dengan anak. Sedangkan saya sulit karena bekerja terus. Saya harus mencari nafkah untuk anak-anak saya.
Kata-kata anda tidak salah. Tetapi, saya beritahu. Anda tidak bekerja 24 jam, bukan? Anda pasti punya waktu bersama anak, bukan? Ketika anda punya waktu bersama anak di Golden Age tersebut, dia membutuhkan 2 sosok, yaitu sosok ayah dan sosok ibu. Jangan digantikan oleh sosok orang lain. Jadi kalau bicara tentang sosok orang lain, contoh, anda mungkin digantikan oleh nenek anda. Atau digantikan oleh ibu anda, digantikan oleh orang tua anda.
Banyak anak yang diasuh oleh neneknya, kakeknya, atau bahkan mungkin diasuh oleh pembantu atau babysitter‘nya. Maka watak atau perilaku anak anda tidak akan jauh berbeda dengan mereka. Kalau anda ingin anak anda menjadi seperti apa, orang tua harus punya andil dalam hal ini. Kebetulan saya dengan istri saya membesarkan anak kami sendiri. Jadi saya tahu persis masalah ini.
Jadi informasi apa yang diberikan, kita tahu. Kita tidak membiarkan 100% anak saya diasuh oleh orang lain. Tidak. Jadi saya punya kontrol penuh terhadap anak saya. Kontrol ini menentukan mindset, cara membangun mindset anak. Dan kalau saya punya waktu bersama anak, kalau anda sibuk, tidak ada waktu bersama anak, mungkin cuma 2 jam saat makan malam, tolong saat 2 jam makan malam jangan pakai gadget. Lepaskan semua gadget. Lepaskan semua informasi telepon, OFF.
“Karena 2 jam itu adalah the quality times with your child.”
Waktu yang berkualitas bersama putra-putri anda. Itu sangat luar biasa. dan disitulah dia akan membentuk satu sosok figur yang berkata “Saya punya kedekatan dengan ayah. Saya punya kedekatan dengan ibu saya”. Itu yang kedua, pendampingan.
Yang ketiga, pastikan kalau anda mendidik tentang masalah suara. INTONASI SUARA.
Tolong suara anda harus yang lemah lembut. Penuh cinta kasih. Kalau anda ingin suatu saat anak anda bertumbuh menjadi pribadi yang positif, pribadi yang kuat, pribadi yang tangguh, bukan pribadi yang kasar, bukan pribadi yang keras, tetapi adalah pribadi yang sopan dan tetap santun, pastikan suara anda ketika mendidik anak anda volumenya dijaga. Volumenya adalah volume yang lembut, tetapi penuh arti. Suara itu sangat menetukan.
Dan yang keempat adalah PENGGUNAAN KALIMAT.
Jadi biasakan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang positif. Contohnya adalah ketika anda mengatakan, “Jangan naik-naik!!” Karena anak kecil itu suka naik-naik. Hindari kata JANGAN. Karena kata “JANGAN” itu konotasinya negatif. Jadi sebaiknya, karena saya pernah belajar NLP (Neuro-Linguistic Programming), jadi dalam ilmu NLP sebisa mungkin kita harus menghindari kata-kata yang sifatnya negatif, karena kata-kata itu akan terprogram di pikiran bawah sadar kita. Jadi hindarilah kata JANGAN.
Tapi kita bisa mengubahnya dengan kata-kata seperti apa? Kita bisa mengubahnya dengan “naiknya hati-hati” atau “naiknya pelan-pelan”, atau “naiknya yang baik”, kata-kata sepeti itu tidak apa-apa. Contoh lagi, kita bisa mengubah kalimat yang seperti ini, contohnya, “anak setan kamu ini!!” Kita sering melihat banyak orang tua seperti itu. Jika anda mengatakan “anak setan” sambil menunjuk anak anda, berarti menurut anda dia anak setan. Kalau begitu siapa dong setannya? Berarti setannya adalah anda sendiri.
Karena itu, gunakan kata-kata yang positif. Hati-hati. Sebisa mungkin, anda harus berperan aktif terhadap pertumbuhan anak anda. Semoga tips ini bisa bermanfaat untuk anda, supaya anda bisa menjadi orang tua yang lebih baik, dan mengetahui bagaimana cara membentuk mindset anak-anak anda.
Sukses untuk anda, silahkan diaplikasikan, bila anda menyukai video seperti ini jangan lupa klik subscribe, berlangganan, dan anda bisa share kepada teman-teman anda yang membutuhkannya.
Salam hebat luar biasa !!