Mengapa Orang Tua Anda Suka Anda menjadi Karyawan ?
Klik disini untuk melihat di YouTube
Topik saya kali ini adalah : ” Mengapa Orang Tua Anda Suka Anda Menjadi Karyawan?”
Mengapa saya membuat tema ini? Karena saya menjawab pertanyaan subscriber yang bertanya :
” Pak, mengapa saya ingin menjadi pengusaha, tetapi orang tua saya tidak mendukung? Beliau lebih mendukung saya menjadi karyawan.”
Baik, selama 20 tahun saya banyak mendidik murid saya menjadi seorang pengusaha. Salah satunya adalah memang saya tahu betul bahwa orang tua tidak mendukung. Karena orang tua mana sih yang ingin anaknya memiliki status tidak jelas, ataupun tidak jelas masa depannya? Karena bagi mindset orang tua nomor satu, ini alasan mengapa orang tua tidak mendukung anaknya menjadi pengusaha tapi menjadi karyawan.
Nomor satu adalah karena orang tua ingin status anaknya jelas.
Jadi statusnya jelas kalau menjadi seorang karyawan. Jadi kalau ditanya :
“pekerjaanmu apa?”
“saya kerja di PT. ini”,
“saya kerja di Bank ini”,
contohnya seperti itu. Statusnya jelas. Jadi orang tua pasti mendukung.
“Pekerjaan ini boleh, jadi kalau kamu mau married ya silahkan”.
Langsung diberi ACC. Coba kalau ditanya “Pacarmu pekerjaanya apa?” “Pacar saya pedagang gilingan. Ambil barang disini, lalu dijual disini” Contohnya begitu. Atau pekerjaannya apa? Tidak jelas, setiap hari di rumah. Akhirnya karena hal seperti ini membuat orang tua kurang percaya diri menikahkan anaknya, karena masa depannya tidak jelas. Ini suatu fenomena yang terjadi. Padahal menjadi pengusaha tidak seperti itu. Inilah alasan yang pertama. Status.
Alasan kedua yang sering saya dengar dari orang tua adalah :
Kalau menjadi karyawan itu penghasilannya aman. Penghasilannya pasti. Kalau pengusaha itu tidak pasti.
Ini yang sering saya dengar. Jadi gajiannya tepat waktu. Jam kerjanya pun sudah pasti. Ini semua tidak salah. Saya akan jawab kata-kata ini dengan sebuah cerita. Ini cerita nyata. Saya pernah mewawancarai seorang penjual nasi goreng.Penjual nasi goreng ini sangat laris dagangannya, satu hari sampai terjual ratusan piring. Dan saya salut dengan masakannya karena enak. Kemudian saya bertanya :
“Bapak ini anaknya berapa?”
Dia menjawab : “anak saya ada tiga.”
Dan hebatnya tiga orang anaknya ini sarjana semua. Saya pun kagum pada beliau. “wah, hebat ya bapak, dari menjual nasi goreng saja bisa menyekolahkan anak sampai sarjana”. Namun jawabannya mengagetkan saya,
“Iya, yang penting anak saya tidak susah seperti saya. Saya ini hidupnya gak jelas. Setiap hari kena debu di jalanan. Setiap hari berkeringat, kerja setengah mati. Yang penting anak saya bisa kerja di kantor. Pakaiannya rapi, tidak seperti bapaknya begini, yang penting anak saya hidupnya enak”.
Jawaban orang tua ini seolah-olah benar. Tetapi ada yang kurang lengkap dan kurang tepat. Anda tahu kenapa? Saya belum melanjutkan cerita saya. Saya salut dengan bapak ini. Dari gerobak kecilnya ini beliau bisa menyekolahkan tiga anaknya sampai sarjana. Tapi saya tanya, apakah anaknya yang pakai jas keren, yang pakai lengan panjang keren, yang pakai dasi keren, yang setiap hari di kantor, yang jam kerjanya pasti, yang terima gaji pasti, saya mau tanya, kalau suatu hari anaknya bisa punya 3 orang anak seperti beliau, alias cucunya dari penjual nasi goreng ini. Bisa tidak dia sekolahkan tiga orang anaknya menjadi sarjana?
Saya pernah bertanya kepada beberapa orang seperti ini, mereka tidak bisa menjawab. Mereka bingung menjawabnya. Karena mereka tidak mengerti. Karena apa? Akhirnya mereka merenung tidak bisa menjawab. Kebutuhan sendiri saja tidak cukup, apalagi istrinya juga terpaksa bekerja sebagai karyawan.
Kebutuhan berdua saja tidak cukup, apalagi dengan 3 orang anak?
Kalau kebutuhan pribadi saja tidak cukup dengan 3 orang anak, bagaimana anaknya bisa sekolah tamat sampai sarjana? Biaya hidup mau darimana?
Sahabat entreprneur, seringkali saya salut dengan orang-orang tua anda. Orang tua anda bisa menyekolahkan anda tinggi-tinggi, bisa memberikan anda motor, bahkan bisa memberikan anda mobil. Tapi saya tanya, itu milik orang tua anda? Saya mau tanya lagi, ketika suatu saat anda punya anak, bisa tidak anda menyekolahkan anak anda sampai sarjana? Dan bahkan membelikan dia mobil dan motor seperti orang tua anda? Saya tidak yakin kalau anda cuma menjadi seorang karyawan. I’m not sure. Saya tidak yakin.
Sahabat entrepreneur, saya ini bukan anti karyawan, tidak. Ada juga teman saya seorang karyawan yang sukses menjadi eksekutif. Tetapi poin yang ingin saya sampaikan disini adalah, kenapa orang tua itu suka anda menjadi karyawan? Karena satu poin ini. Yaitu orang tua itu ingin anda itu “pasti”. Dan alasan yang ketiga, ini yang juga paling sering saya dengarkan.
Yaitu karena selain aman, terlihat rapi, dan yang pasti orang tua itu tidak ingin anaknya susah seperti dia.
Orang tua berdagang, capek-capek buka toko, tapi anaknya ini akhirnya penampilannya rapi, penampilannya bagus. Penampilannya keren dan tidak usah susah seperti dia.
Tapi orang tuanya lupa, justru dia ini sedang membangun satu jurang yang tidak jelas untuk masa depannya. Akhirnya saya lanjutkan cerita ini dengan penjual nasi goreng tadi.
“Pak, kenapa bapak tidak suruh anak bapak yang pintar jadi sarjana ini mengelola sistem usaha bapak ini supaya nasi goreng bapak ini satu hari bukan cuma terjual ratusan piring, tetapi terjual sampai ratusan ribu piring?”
Beliau sambil masak sambil merenungi omongan saya. (Tidak tahu masakannya jadi enak atau tidak ya?) Tetapi yang pasti dia menangkap apa yang saya maksud.
“Sayang sekali kalau bapak menyekolahkan anak bapak tinggi-tinggi tetapi membesarkan perusahaan orang lain. Lebih baik membangun perusahaan bapak sendiri”.
Sahabat entrepreneur, cerita ini semoga dapat menginspirasi anda. Dan juga bisa menginspirasi orang tua anda. Supaya jangan mempunyai pemahaman yang salah tentang mindset menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha itu tidak jelek. Tidak semua pengusaha itu buruk. Percaya pada saya. Karena menjadi seorang pengusaha itu justru baik. Memang cuma golongan minoritas yang sukses.
Tetapi saya percaya dengan menjadi seorang pengusaha, kalau anda menonton video-video saya yang lain, anda bisa punya lebih banyak waktu untuk keluarga, anda juga bisa bebas waktu. Saya percaya, saya yakin kalau anda menonton video ini terus menerus, sharing ke teman-teman anda, bila dirasakan bermanfaat jangan lupa berlangganan, tolong subscribe di bawah ini. Semoga yang menonton video ini bisa membuka wawasannya, bahwa tidak selamanya menjadi pengusaha itu tidak baik. Dan semoga orang tua anda juga terbuka wawasannya, tidak selalu memaksa anda menjadi karyawan, tetapi anda bisa menentukan jalan hidup anda sendiri.
Sukses untuk anda, salam hebat luar biasa !!